Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Dulhaji Dolena", Ulas Derita Warga Desa Api-api yang Langganan Banjir Rob

31 Agustus 2021   00:00 Diperbarui: 31 Agustus 2021   00:23 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulhaji, salah satu warga Desa Api-api, sebuah desa di Pekalongan, menyampaikan keluh kesahnya. Sejak tahun 2008 terjadi perubahan di tempat tinggalnya. Banjir rob yang diakibatkan tata kota yang buruk. Banjir rob ini semakin menjadi-jadi dan mengubah kondisi lingkungan sekelilingnya. Ia dan beberapa warga masih bertahan di sana, sambil merenung apakah Pemda benar-benar mempedulikan nasib mereka. Gambaran tentang buruknya sistem tata kota yang membuat lingkungan berubah tersaji dalam film dokumenter pendek berjudul "Dulhaji Dolena". 

Dulhaji tertarik tinggal di Desa Api-api karena tempatnya nyaman, warganya guyub, dan dulunya merupakan desa yang hidup. Di dekat tempat tinggalnya ada sekolah dasar yang menampung sekitar 400 siswa. Juga ada lapangan bola yang ramai jadi tempat bermain. Tapi situasi berubah sejak tahun 2008. Pembangunan jalan yang entah kurang memerhatikan AMDAL membuat lingkungannya pun berubah wajah.

Air terus-menerus naik. Selama lima tahun, air naik hingga 1,5 meter. Lapangan bola sudah seperti tambak. Sekelilingnya sebagian besar terendam oleh air. Mereka yang punya uang pun mulai pergi meninggalkan desa ini. Namun, Dulhaji tak bisa apa-apa. Ia memilih bertahan. Kampungnya kini sepi. Ada jalan di depan rumahnya, tapi belakang rumahnya adalah air. Ia kadang-kadang menggunakan sampan untuk berkeliling ke rumah tetangganya. 

Ia bertahan hidup dengan berjualan buah dan menjadi badut panggilan. Ia tak bisa mengeluh. Sudah terlalu lelah mengeluh dan bersuara.

Dulhaji mengenang kampungnya yang dulu ramai |sumber gambar: Kineforum
Dulhaji mengenang kampungnya yang dulu ramai |sumber gambar: Kineforum

Film ini memberikan gambaran betapa bahayanya jika pembangunan tak mengindahkan lingkungan. Lingkungan akan berubah dan warga di sekitar tempat tersebut yang akan kena dampaknya.

Selain itu film ini juga mengingatkan bagaimana bila perubahan iklim terjadi dan air laut terus naik? Desa Api-api terletak di pesisir, sehingga bisa jadi kondisinya diperparah oleh air laut yang terus naik. Desa yang dulunya ramai itu pun jadi desa sepi. 

Menyaksikan film dokumenter yang dibesut oleh Anita Reza Zein ini membuat tersentuh dan tersentil. Dulhaji adalah warga biasa, ia  berani untuk bersuara, menunjukkan bagaimana rakyat biasa yang terdampak apabila pemerintah tak melakukan pembangunan berbasis lingkungan.

Film ini juga memiliki sisi jenaka dan karakter Dulhaji yang periang dan penuh semangat. Film pendek ini meraih nominasi Piala Citra 2020 untuk kategori film dokumenter pendek. Film ini tayang di layar virtual Kineforum di program Anarko yang dihelat hingga besok (31/8).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun