Aku menyesal tahun ini melewatkan musim mangga. Tahu-tahu pasangan membawa mangga dan bercerita penjualnya sudah makin tak banyak. Ah aku sedih, pasalnya buah mangga adalah favoritku.
Aku paling suka dengan mangga. Buah ini memiliki banyak varian, dari mangga golek hingga mangga manalagi. Â Ah aku jadi teringat oleh mendiang ayah dan mangga.Â
Dulu saat musim mangga ayah suka membeli mangga dalam jumlah banyak. Ia pernah membeli mangga sewadah besar, aku lupa namanya. Ia menghentikan penjual mangga yang berkeliling dari gang ke gang.Â
Lalu sepertinya ayah tak banyak menawar dan kemudian membawa masuk mangga dalam jumlah besar. Mangga gadung, mangga favorit kami, yang manis dan berair. Di sebuah wadah kecil satunya, ada mangga khas Malang, mangga manalagi, yang manis namun tak begitu berair.Â
Karena aku suka mangga, aku juga menyantap mangga manalagi. Oh iya mangga di Malang lazim disebut poh. Biasanya penjualnya berkeliling sambil berteriak "Poh golek, poh gadung, poh manalagi..."Â
Oh iya jaman dulu ada begitu banyak jenis mangga. Oh betapa senangnya diriku bertualang rasa mangga. Aku dan kakak tak menolak apapun jenis mangga. Tapi aku ada satu yang tak kusuka. Mangga kweni. Alasannya mangga ini begitu harum semerbak.Â
Coba kuingat-ingat ragam jenis mangga. Ada poh golek yang lonjong dan teksturnya agak kenyal. Ada lagi poh madu yang enak ditekan-tekan hingga hancur dan dihirup. Airnya segar sekali. Poh madu juga enak dipotong melintang bersama kulitnya lalu dibentuk seperti jaring-jaring. Oh iya poh madu ini berserat, manis, dan segar sekali.Â
Ada lagi poh lainnya yang tergolong jarang dijumpai, poh randu, dan poh lanang. Kalau ke Kediri ada mangga berwarna kemerahan dengan bentuk bulat yang disebut mangga podang.Â
Ah sayangnya tahun ini aku melewatkan musim mangga.Â
Tapi tak apa-apalah labu kuning masih bisa dijumpai. Ia ada di tukang sayur juga bisa dibeli secara daring. Dulu kupikir labu Jepang alias kabocha itu sama dengan labu kuning. Ternyata agak berbeda. Ia lebih manis dan lembut. Aromanya juga berbeda.Â