Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Menonton Sendirian di Bioskop Itu Punya Sensasi Tersendiri

28 Mei 2021   22:26 Diperbarui: 28 Mei 2021   22:54 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nonton film di bioskop sendirian itu punya sensasi tersendiri (sumber: Kompas.com)


Hari ini kedua kalinya aku nonton di bioskop sendirian. Yang pertama ketika menyaksikan film berjudul "Wage". Tapi saat itu masih ada penonton lainnya, sebelum ia keluar sekitar pertengahan film. Dan yang kedua itu hari ini. Wah ada sensasi tersendiri nonton film di bioskop sendirian itu. Cobain deh.

Tadi siang ketika memilih tempat duduk di aplikasi pemesanan tiket sebenarnya ada rasa ragu. Kok masih kosong ya. Alias belum ada yang pesan tiketnya sama sekali. Aku berdalih oh mungkin masih siang, belum ada yang pesan. Atau mungkin mereka masih memilih beli tiket secara go show alias datang langsung.

Awalnya ingin kutunda besok-besok saja. Tapi aku kuatir film tersebut bakal cepat turun layar. Hari Kamis kemarin film ini baru dirilis hanya di beberapa bioskop. Waktu itu di bioskop di bilangan Depok ini ada tiga pertunjukan. Hari kedua alias hari ini tinggal satu pertunjukan. Besok-besok belum ada jaminan bakal tayang. Akhirnya aku nekat.

Singkat kata studionya memang kosong-melompong. Aku masuk ke studio dengan gamang. Hanya ada aku sebagai penonton. Duh aku jadi nggak enak. Satu penonton yang datang akan dilayani, pertunjukan tak akan batal.

Awalnya aku duduk di kursi C alias baris ketiga teratas. Tapi karena tidak ada teman nonton sama sekali, aku merasa deg-degan. Sebentar lagi malam, ini bukan pertunjukan siang hari. Sebaiknya aku duduk di depan. Dan jadilah aku duduk di bangku pertama alias bangku terdekat dari layar. Jaga-jaga kalau ada apa-apa aku bisa langsung lari ke luar hahaha.

Film yang kutonton memang tak populer. Judulnya "Invisible Hopes", sebuah film dokumenter Indonesia. Premisnya menarik tentang rumah tahanan wanita di mana penghuninya bukan hanya perempuan dewasa, melainkan juga bayi-bayi dan balita dua tahun. Aku mungkin akan cerita besok atau lusa.

Ketika filmnya berakhir, aku merasa lega. Asli aku agak deg-degan sepanjang nonton. Bioskop seperti milik sendiri tapi rasanya begitu sunyi. Hanya suara dari film yang terdengar.

Setelah kredit muncul, aku langsung berlari ke arah pintu keluar. Ketika pintu keluar kudorong, aku bergaya sok cool, padahal aslinya antara was-was dan lega.

Wah lain kali jangan sampai aku nonton sendirian lagi. Tapi kalau filmnya tidak populer, ya apa boleh buat. Asal siang deh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun