Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

The HU, Band Cadas Asal Mongolia yang Mengenalkan Hunnu Rock

25 Mei 2021   13:00 Diperbarui: 30 Mei 2021   20:33 2881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The HU, band cadas asal Mongolia (Sumber: E.Altankhuyag via guardian.com)

Dalam lagu ini juga ada suling (tsuur), perkusi khas Mongolia seperti shigshuur, dan alat musik bernama tumur khuur.

The HU Band sejak kemunculannya tahun 2016 menarik banyak perhatian. Apalagi ketika mereka merilis single dan membuat video musik. Sejumlah pengamat musik dunia perhatiannya langsung terarah ke mereka. Perpaduan musik cadas modern dan unsur tradisional yang terasa epik.

Hunnu rock sendiri berasal dari kata hunnu dan rock. Hunnu atau Xiongnu adalah bangsa nomaden yang bermukim di Mongolia dan Asia Tengah.

Band yang digawangi oleh Galbadrakh Tsendbaatar (vokal, morin khuur), Nyamjantsan Galsanjamts (tumur hhuur, tsuur, vokal), Enkhsaikhan Batjargal (morin khuur, vokal), dan Temuulen Naranbaatar (tovshuur, backing vocal) ini langsung berhasil menancapkan kuku di musik rock dunia lewat album perdananya, "The Gereg" yang dirilis pada 13 September 2019. 

Gereg adalah istilah paspor diplomatis dalam masa Jengkhis Khan.

Dalam album tersebut ada sembilan lagu seperti "Wolf Totem" dan "Yuve Yuve Yu "yang berhasil masuk ke dalam peringkat 1 dan 7 di  Billboard's Hard Rock Digital Song Sales dan urutan ke21 di Billboard's Hot Rock Songs khusus "Wolf Totem". 

Sebuah prestasi besar dan pertama yang diraih band cadas Mongolia. Video musik mereka juga telah ditonton puluhan juta kali.

Berkat kesuksesan album tersebut, mereka pun melakukan tur ke sejumlah negara di Eropa dan Amerika. The HU juga pernah berkonser lho di Yogyakarta, tepat sebelum pandemi pada Maret 2020.

Mereka mengenalkan musik etnik Mongolia (sumber: myglobalmind.com)
Mereka mengenalkan musik etnik Mongolia (sumber: myglobalmind.com)
Mereka kemudian juga berkolaborasi dengan Jacoby Shaddix (vokalis Papa Roach) membawakan "Wolf Totem" versi baru dan Lzzy Hale dari Halestorm menampilkan "Song of Women". Lagu mereka berjudul "Black Thunder" masuk sebagai lagu dalam video game "Star Wars Jedi: Fallen Order".

Berkat kesuksesan mereka mempromosikan budaya Mongolia lewat musik, Band The HU pun bertemu dengan Presiden Mongolia dan mendapatkan penghargaan tinggi berupa The Order of Genghis Khan. Mereka juga akan muncul di koin komemoratif yang diluncurkan Bank of Mongolia.

Keberhasilan The HU bisa diteladani oleh musisi dalam negeri. Dengan kreasi musik mereka yang memadukan musik modern dan unsur musik etnik, mereka berhasil membuat pecinta musik mancanegara tertarik dan menyukai mereka. Padahal mereka menggunakan bahasa mereka sendiri, bahasa Mongolia. Tapi itu tak masalah, karena musik itu lintas bahasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun