Meski hobi kami berbeda, kami disatukan oleh kecintaan kami akan buku dan film. Ia juga suka mengumpulkan buku tentang perang, sejarah, dan militer. Ia juga suka mengajakku nonton film perang.
Pengetahuannya tentang sejarah terutama berkaitan dengan perang memang luas. Kami suka membahas tentang genosida yang pernah terjadi di Banda berkaitan dengan rempah-rempah dan tentang candu yang pernah membuat masalah besar di Jawa pada abad ke-19.
Kini ia jarang merakit. Kadang-kadang kulihat ia hanya memandangi tumpukan koleksinya dengan wajah puas dan damai. Ia membuka kardusnya, memandanginya, dan kemudian menutupnya lagi.
Pasangan memulai hobi model kit dan miniatur kendaraan militer sejak ia menimba ilmu di Jerman. Sekitar tahun 2016. Pulang-pulang ia membawa banyak miniatur kendaraan militer. Sejak itukah ia resmi mengoleksi miniatur dan mokit.
Sementara aku jauh lebih lama. Aku sudah suka buku sejak belum bisa membaca. Ada Tintin; Petualangan Yo, Susi, dan Yoko; Koleksi Robi dan Susi di Hutan, kisah pewayangan, dan buku dongeng Hans Christian Andersen. Tapi semua buku tersebut adalah milik ayahku.
Aku resmi mengoleksi buku ketika duduk di bangku SD. Koleksi pertamaku adalah serial manga "Candy-Candy". Waktu itu aku menghemat uang saku dan setiap dua pekan sekali berkunjung ke toko buku bareng kakak membeli buku.
Favoritku berbelanja buku adalah lapak buku bekas di jalan Majapahit, Malang yang dulu dikenal sebagai Blok M-nya kota Malang. Duh di sini bisa puas beli buku dengan tabungan uang jajanku yang terbatas.
Koleksi bukuku membengkak dari sana.
Rasanya senang sekali bisa mengumpulkan Lima Sekawan, Trio Detektif, Serial Nina, Petualangan Smurf, dan Petualangan Johan & Pirlouit dari sana. Aku juga suka mengoleksi majalah bekas. Buku dan majalah bekas itu lalu kurawat. Kusampuli dengan sampul plastik satu-persatu dan kutaruh rapi di rak buku.
Dari satu rak buku bertambah jadi dua rak buku dan seterusnya. Sayangnya ketika kemudian aku kuliah di Surabaya, sebagian besar koleksi bukuku raib. Ingin marah ke kakak tak bisa karena pelakunya bukan kakak, tapi teman-temannya. Keduanya juga tak ingat siapa teman-temannya yang penjahat buku, mengambil buku-bukuku dan tak mengembalikannya.