Ibu sekitar pukul 15.00 sudah selesai memasak. Ada nasi kuning dengan lauk telur bumbu Bali, sambal goreng tempe, sambal goreng ati, ayam goreng, perkedel kentang, dan mentimun. Aku membantu mengelap piring, menaruh daun pisang, dan kemudian mencetak nasi kuning dengan mangkok. Aneka lauk ditata mengelilingi nasi. Hantaran sudah siap.
Sejak duduk di bangku SD, aku dan kakak membantu ibu berkeliling membagikan nasi hantaran. Dengan menggunakan baki panjang, ibu menaruh dua piring di satu baki, lalu menutupnya dengan serbet bersih.
Aku dengan hati-hati berjalan ke rumah tetangga, membuka pagarnya dan mengucapkan salam. Ada kalanya pintu agak lama dibuka, mungkin karena penghuninya sedang repot. Aku agak gemetaran membawa bakinya.
Satu piring kemudian dibawa masuk ke dalam rumah oleh tetangga. Aku menunggunya. Ia akan mengambil nasi di atas daun pisang tersebut. Lalu piring kosongnya akan dikembalikan ke kami.
Biasanya kakak perempuan mengalah. Ia mengambil rute yang jauh, sedangkan aku ke yang dekat-dekat saja. Tetangga kami lumayan banyak sekampung, mungkin ada 40-50 kepala keluarga saat itu.
Tugas mengirim makanan ini bagiku berat karena saat itu aku pemalu. Aku mengucapkan hafalanku dalam bahasa kromo alus ketika pintu dibuka. Beberapa tetangga baru tak mengenalku dan bertanya-tanya. Baru setelah kusebutkan nama ibuku, mereka mengenalinya.
Tetangga yang sepuh biasanya mengajakku berdialog, bertanya ini itu dalam bahasa kromo alus. Ampun aku kena skak, kosakata bahasa kromoku masih terbatas. Aku menjawabnya campur-campur dengan bahasa Indonesia.
Dalam hati aku cemburu ke kakak laki-laki. Ia tak ditugaskan mengirim makanan. Sepertinya ia tak mendapat tugas apa-apa sehingga ia bebas bermain.
Bisa Pilih Awal atau Akhir Ramadan
Slametan ini tradisi yang ada pada bulan Ramadan. Ia masih eksis hingga sekarang di kampung halamanku di Malang. Ada yang menyebutnya Megengan dan Berkatan.
Slametan biasanya diadakan pada awal puasa dan 10 hari jelang Ramadan berakhir. Boleh pilih. Biasanya Ibu memilih awal puasa karena pelakunya tidak banyak.
Rata-rata tetangga memilih slametan mendekati hari raya. Dalam sehari bisa ada 2-5 tetangga yang mengirimkan makanan. Alhasil pada jelang lebaran Ibu biasanya malas masak, karena biasanya kami dapat hantaran. Bahkan beberapa kali kami dapat satu hantaran per orang.