Film-film tentang persahabatan manusia dan binatang selalu mudah menyentuh perasaan. Film dengan tema ini belum banyak dibidik sineas Indonesia. Oleh karenanya film "June dan Kopi" yang mengangkat kisah dua ekor anjing ini menarik untuk disimak. Ia mulai tayang hari ini (28/1) di Netflix.
Berawal dari pertemuan anjing liar jenis mongrel street dan Aya (Acha Septriasa) si komikus, cerita pun bergulir. Aya kasihan kepada anjing tersebut, apalagi ia terus mengikutinya. Â Ia pun kemudian membawanya pulang. Tapi suaminya, Ale (Ryan Delon), kurang setuju karena anjing tersebut adalah anjing liar dan nakal. Apalagi di rumah sudah ada Kopi, anjing yang penurut.
Akhirnya Aya membawanya ke toko hewan, tapi karena tak berhasil diadopsi, ia pun membawanya kembali ke rumah. Aya pun susah payah membuat anjing liar putih yang kemudian diberinya nama June tersebut agar lebih disiplin. Sementara Ale masih tak suka dengan June dan bersikap dingin kepadanya.
June pun berupaya membuktikan ke mereka bahwa ia anjing yang baik, tak kalah dengan Kopi.
Dari segi visual, film yang disutradarai oleh Noviandra Santosa ini menurutku kurang mengesankan, baik dari segi pengambilan gambar maupun kualitas gambarnya. Kualitasnya masih seperti film-film layar gelas, apalagi pada awal-awal film, rasanya begitu biasa.
Baru ketika ceritanya berlatar di alam seperti di hutan, visualnya jadi lebih baik. Untuk visual ini masih cukup termaafkan karena ada cukup banyak adegan-adegan yang menyoroti ulah June dan Kopi, serta interaksi June dan pemeran manusia, Aya, Ale,dan Karin.
Tidak mudah mengarahkan para hewan untuk berakting. Termasuk mengarahkannya untuk berinteraksi dengan manusia. Alhasil ketika melihat June yang diperankan oleh anjing di penampungan bisa cukup luwes berinteraksi dengan Aya, aku mengapresiasi pemeran anjing tersebut dan para kru yang bisa mengarahkan si anjing dengan baik.
Acha Septriasa juga luwes berinteraksi dengan June dan Kopi. Rupanya ia dulu waktu masih SD pernah memelihara seekor anjing, sehingga tak canggung berakting dengan mereka.
Sementara itu dari segi cerita juga menurutku biasa-biasa saja. Kurang istimewa. Tapi mungkin hal ini dikarenakan aku membandingkannya dengan film-film anjing Hollywood seperti "White Fang", "A Dog' s Purpose", "Eight Below", "Air Bud", dan Because of Winn-Dixie" yang memang banyak raih pujian.
Pesan dalam film ini juga manis, bagaimana memperlakukan anjing liar dan bagaimana peran hewan peliharaan bagi manusia yang memeliharanya itu sendiri. Oleh karena aku juga memiliki hewan peliharaan dari kucing-kucing jalanan, maka aku memahami bagaimana pengaruh hewan peliharaan itu bagiku.