Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Wonder Woman 1984", Menyenangkan Sekaligus Berantakan

17 Desember 2020   14:33 Diperbarui: 17 Desember 2020   20:22 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wah kali ini Diana beraksi pada tahun 80an (sumber gambar: slashfilm)

Nuansa tahun 80-an juga hadir di sini, dari kostum dengan warna gonjreng ala stabilo, tari break dance, mobil-mobil 80-an, situasi perang dingin yang makin pelik, juga bisnis minyak yang lagi moncer. Poster film "Wonder Woman" sendiri juga lekat dengan nuansa 80-an. Full color.

Dari divisi musik juga luar biasa. Ada Hans Zimmer, komposer beken, yang membidani theme song Wonder Woman. Ia menciptakan tembang "Is She With You" yang mengiringi kehadiran Wonder Woman dalam "Batman v Superman". Lagu tersebut menjadi cikal bakal tembang tema Wonder Woman.

Hans Zimmer dikabarkan sempat mengundurkan diri dari urusan skoring film-film superhero. Untunglah ia kembali setelah sebelumnya fans DC kecewa ia tak terlibat dalam skoring "Wonder Woman" (2017).

Skoring besutan Hans Zimmer ini memberikan kontribusi emosi sepanjang film. Hanya nuansa musik new-wave ala 80-an seperti tembang-tembang Duran-Duran, The Cure, dan Depeche Mode agak kurang. Tapi aku sendiri belum dengar album full soundtrack-nya, siapa tahu lebih lengkap di sana.

>>> Mulai dari sini akan ada spoiler, lebih baik sudahi bacanya.

Diana nampak tak menua (sumber: polygon)
Diana nampak tak menua (sumber: polygon)
Semuanya menyenangkan, termasuk ketika Diana berinteraksi dengan Barbara dan saat permohonan pertamanya yaitu kekasihnya terkabulkan. Ya, Steve Trevor (Chris Pine) yang telah meninggal pada film pertana kembali. Ruhnya masuk ke tubuh seseorang. Di mata Diana ialah Steve.

Chris Pine berhasil memerankan dengan apik sosok Steve yang kaget dengan budaya dan perubahan sekitarnya. Ia ekspresif menunjukkan berbagai keheranannya, termasuk ke urusan fesyen. Tindak-tanduknya ini memancing tawa.

Begitu pula dengan performa Gal Gadot, Kristen Wiig, dan Pedro Pascall. Semuanya berperan apik. Gal makin menunjukkan peningkatan kualitas aktingnya. Di sini Diana memang nampak lebih bijak, matang, dan ia juga bisa seperti manusia biasa, bisa terluka dan kesakitan (untunglah Patty Jenkins, si sutradara mendengarkan penonton).

Kristen Wiig juga patut diacungi jempol. Transformasi karakternya dari gadis kikuk baik hati ke perempuan yang kuat dan sadis menarik disimak. Pedro Pascal yang namanya makin melejit sejak membintangi serial "The Mandalorian" juga berhasil memerankan karakter antagonis yang unik. Ia nampaknya menggemukkan diri demi perannya tersebut.

Semuanya menyenangkan hingga paruh awal. Paruh kedua ketika Diana dan Steve mulai menginvestigasi batu misterius tersebut dengan naik pesawat jet mulai terasa alurnya berantakan dengan plot hole yang berserakan.

Ceritanya kemudian kacau-balau. Nampaknya Patty ingin membawa nuansa distopia yang memang umum di komik DC ke live action tapi gagal. Cerita DC Comics memang rata-rata menunjukkan kondisi yang suram dan kacau balau, namun di sini Patty tidak berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun