Lagu WR Supratman berjudul "Di Timur Matahari" mengalun di bagian akhir film. Murid-murid membawakan lagu tersebut, bukan suasana yang penuh semangat seperti lirik dalam lagu tersebut, melainkan suasana yang penuh haru. Adegan dan lagu itu terjebak dalam ingatanku. Setiap kali teringat akan film tentang guru dan lagu "Di Timur Matahari", film itulah yang terbayang di benak. Sebuah FTV lawas yang tayang di TVRI sekian tahun silam. "Di Timur Matahari", judulnya.
Aku lupa kapan menyaksikan film ini. Yang kuingat aku menontonnya di TVRI. Aku tak ingat judul filmnya, hanya ingat adegan dengan lagu tersebut dan sosok si guru, guru yang nampak bijak dengan sorot mata lembut, namun memiliki wajah yang memelas.
Rupanya Cok Simbara, pemeran gurunya. Dan film ini bukan film jenis film layar lebar, melainkan film layar gelas, yang khusus tayang di TVRI saja.
Film ini berkisah tentang seorang guru yang mengajar di tempat terpencil di Lampung. Bangunan sekolahnya ala kadarnya, bukan bangunan yang bagus. Lingkungan sekolah tersebut adalah masyarakat yang kurang mampu.
Kehadiran guru di sekolah tersebut bak pelita. Anak-anak dan warga sekolah menghormatinya. Ia tak dibayar untuk mengajar. Orang tua memberikannya bahan makanan dan apa saja semampunya. Dan ia pun dengan ketabahan dan penuh pengabdian menjalani tugas-tugasnya sebagai guru, mengajar menulis dan membaca.
Ia suka mengajari muridnya lagu "Di Timur Matahari" karya WR. Supratman. Entah karena apa ia suka dengan lagu tersebut, aku lupa detailnya.
Nah, penutupnya ini yang mengharukan. Adegan ini sangat membekas di benak.
Spoiler!
Karena film ini film lawas dan mungkin sulit dijumpai pada masa kini, maka aku akan bercerita penutupnya seperti yang pernah kuingat. Anak-anak siswa di sekolah tersebut menyanyikan lagu "Di Timur Matahari".
Di timur matahari, mulai bercahya
Bangun dan berdiri kawan semua semua
Marilah mengatur barisan kita
Pemuda pemudi Indonesia
Mereka bernyanyi dengan raut muka yang sedih. Guru kesayangan mereka pergi meninggalkan mereka, menuruni bukit. Ia tak akan kembali, mengajar mereka lagi. Ia ditangkap polisi. Rupanya ia adalah napi yang melarikan diri.Tapi aku tak ingat karena apa ia lari. Ia kemudian menepi di tempat terpencil, memberikan ilmu kepada siswa-siswi.
Ini adalah film yang bikin haru. Tentang guru yang mengabdi dengan tulus. Juga tentang murid-murid yang menyayangi dan menghormati sang guru.
Setelah sekian tahun silam, aku masih mengingat film itu. Salah satu film Cok Simbara yang kiranya patut ditayangkan lagi untuk peringatan hari guru.