Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Pandemi, WFH, dan Perubahan Budaya Bekerja

22 November 2020   22:16 Diperbarui: 22 November 2020   22:25 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak dapat dipungkiri bahwa pandemi Covid yang berlarut-larut ini mendorong terjadinya perubahan, termasuk di lingkungan kerja. Kini orang-orang diperkenalkan dengan istilah work from home (WFH) dan work from office (WFO). Ada yang tetap bekerja di kantor tapi harus sesuai protokol kesehatan, ada yang selang-seling hari bekerjanya, ada juga yang full bekerja dari rumah. 

Bagi mereka yang bekerja di lingkungan teknologi informasi, WFH bukanlah sesuatu yang baru. Dulu ada istilah remote working, atau bekerja secara remote, yang dimaknai bekerja dari mana saja.  Jadinya tidak harus bekerja di kantor, bisa bekerja di kafe, di kantin, di perpustakaan, atau di rumah. Bebas. Yang penting pekerjaan beres dan mudah ketika dihubungi. 

Namun konsep bekerja remote ini masih suka dihalang-halangi oleh manajemen yang konvensional. Mereka yang kolot menganggap bekerja itu ya masuk kantor dan memenuhi jam kerja sebanyak 40 jam seminggu. 

Nah, dengan adanya pandemi ini mau tak mau mendorong budaya baru dalam bekerja. Ada yang menyebutnya sebagai salah satu bentuk dari transformasi digital.

Pandangan baru tersebut adalah konsep bekerja tak dibatasi oleh tempat dan juga konsep kolaborasi. Saat ini sudah banyak tools dan aplikasi yang mendorong budaya baru bekerja tersebut. Ingin rapat dan diskusi sudah ada tools rapat daring seperti Google Meet, Zoom, Microsoft Team, GoToMeeting, Cisco Webex Meeting, dan sebagainya.  Alhasil rapat dan diskusi bisa dilakukan di mana saja.

Dalam bekerja, konsep kolaborasi juga makin didorong. Membuat laporan, analisa, presentasi bisa dilakukan bersama-sama secara daring, misalnya dengan memanfaatkan perangkat Google seperti Gdocs, Microsoft 365, dan teman-temannya. Di lingkungan bekerja yang mengedepankan kerahasiaan data juga umumnya disediakan wadah untuk bekerja secara berkolaborasi dan daring.  Contohnya adalah Seafile, yakni tempat penyimpanan berbasis cloud dan open source yang menggunakan enkripsi. 

Saat ini kami memanfaatkan tools rapat daring dan Seafile untuk bekerja secara work from home. Dengan bantuan tools tersebut maka pekerjaan pun berjalan lancar selama masa pandemi tanpa harus datang ke kantor. Tapi tetap saja ada kelemahannya. Jika sinyal internet mati dan kuota internet sedang habis maka kami pun susah untuk rapat dan melakukan sinkronisasi pekerjaan. 

Hahaha iya sih pekerjaan daring kalahnya kalau sinyal internet mati. Entah bagaimana setelah pandemi berakhir, apakah konsep remote working ini masih berjalan atau kembali ke sistem konvensional, wajib datang ke kantor 40 jam seminggu. Kalau sistem kolaborasi sepertinya bakal tetap dipertahankan karena sebelum pandemi metode ini juga dipakai, hanya bakal makin didorong penerapannya.  

Omong-omong apakah pandemi ini juga mengubah budaya kerja Kalian?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun