Bekerja dari rumah. Bayanganku saat itu adalah tempatnya lebih tenang dan damai. Harapanku bisa bekerja di ruanganku dengan lebih nyaman, tenang, tanpa distraksi. Nyatanya dok dok dok ngeeeng...bunyi palu, martil, gergaji, juga mesin las meningkahi setiap hari.
Awal-awal bekerja dari rumah bersamaan dengan isolasi kompleks lokal. Sejenak tenang karena kompleks rumah benar-benar tertutup, tak ada penjual makanan, ojek daring, dan pengantar paket yang diperbolehkan masuk.
Tapi kemudian satu tetangga mulai renovasi. Puing-puing menimpa lorong rumah yang berbatasan, juga halaman. Tak hanya suara berisik, rumahku pun ikut terkotori puing-puing. Sebulan dua bulan tiga bulan, oh untungnya akhirnya selesai. Aku tak perlu menyumbat lagi kupingku saat bekerja atau me-mute saat rapat daring.
Satu renovasi diikuti yang lain. Kemudian tetangga belakang dan samping lainnya ikut-ikutan renovasi. Aku jadi paham kenapa bunyi berisik yang tak menghasilkan nada harmonis disebut itu polusi. Positifnya aku makin tertempa, seolah-olah belajar dan bekerja di samping stasiun kereta api.
Rupanya tak hanya yang satu blok dengan rumahku yang melakukan renovasi, blok lainnya juga marak melakukan renovasi. Pandemi dan renovasi alhasil seperti berkorelasi. Mungkin hal ini dikarenakan orang-orang ingin hunian nyaman pada saat pandemi karena bakal tinggal di rumah lebih sering.
Aku membaca tentang ketentuan usaha yang diperbolehkan pada saat pandemi. Usaha konstruksi diperbolehkan terus jalan seperti sediakala, tak dibatasi. Menurutku malah usaha renovasi rumah ini makin laris. Mumpung di rumah maka bisa mengawasi para pekerja bangunan. Selain itu gara-gara pandemi, orang makin sadar bahwa kebutuhan rumah nyaman itu penting.
Saat pandemi itu belajar dan bekerja dilakukan di rumah oleh sebagian kalangan. Kan nggak enak dilihat jika rumah tak rapi saat rapat daring. Pastinya juga tak enak saat belajar rumah bocor pada saat hujan karena genting bergeser dan plafon berlubang.
Aku maklum jika renovasi makin marak saat pandemi. Lalu tibalah giliranku kali ini. Aku perlu benahi plafon dan genting karena aku was-was hujan besar dan air masuk tanpa izin. Ada juga bagian rumah yang kena rayap sehingga perlu petugas pembasmi. Kini gantian dari rumahku yang mengeluarkan bebunyian berisik. Rumahku jadi sumber polusi suara yang bisa membuat kupingmu ingin menjerit. Duk..duk..duk...ngeeeeeng....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H