Ayo, ditunggu tulisan-tulisannya untuk dibukukan. Pesan yang kuterima menyemangatiku. Setiap hari selalu ada semangat yang dilontarkan oleh anggota komunitas menulis agar tak kendor semangat untuk bercerita lewat tulisan.
Tulisan itu abadi. Karya-karya HC. Andersen, Karl May, Laura Ingalls Wilder, dan Sapardi Djoko Damono tetap bisa dibaca hingga kini. Gagasan dan cerita mereka diwariskan ke berbagai generasi.
Para penulis besar dan semangat menulis yang ditularkan oleh komunitas-komunitas menulis membuatku ingin melahirkan karya berupa buku. Ya setidaknya tulisan-tulisan dahulu sebelum kemudian menyusun buku. Tapi target utamaku adalah membuat buku pada tahun ini. Minimal membuat buku dari tulisan-tulisanku yang lalu.
Berkomunitas Saat Pandemi
Pada masa pandemi ini memang bukan berarti kegiatan berkomunitas menjadi pasif dan mati. Ada banyak komunitas yang mengalihkan kegiatannya ke ranah daring. Komunitas menulis pun tetap aktif, mendorong anggota makin produktif menulis.
Salah satu kegiatan yang tak terpengaruh oleh pandemi Covid-19 adalah menulis. Kegiatan ini bisa dilakukan kapan saja, bisa dilakoni serius ataupun sekadar hobi.
Tak sedikit yang makin produktif menulis saat pandemi. Hal ini dipacu oleh adanya berbagai lomba menulis, tawaran menulis berbayar, sejumlah webinar untuk meningkatkan kemampuan menulis dan sebagainya.
Tapi yang utama dari kegiatan menulis adalah aktivitas ini mampu meredakan stress. Di rumah saja bagi sebagian orang itu membosankan dan rawan membuat tertekan.
Ketika menulis, maka beban bisa dibagikan tak harus disimpan dalam hati. Tulisan juga tak harus diunggah jika bersifat pribadi, tapi juga bisa dibaca suatu kali sebagai sebuah dokumentasi.
Lantas bagaimana kiat berkomunitas saat pandemi? Rasanya tak ada kiat khusus, jalani saja dan ikuti saja karena berkomunitas itu menyenangkan dan tak perlu jadi beban.
Ketika aku menjadi anggota komunitas menulis, aku gunakan waktu setiap hari untuk membaca pesan-pesan penyemangat. Aku mencoba memaksakan diri untuk menulis setiap hari agar membentuknya jadi kebiasaan.
Ketika menjadi pengelola komunitas film, maka kegiatan memang semua berpindah ke ranah daring. Kami membuat berbagai acara seperti lomba membuat naskah film, liga uji wawasan film (Liga KOMiK) yang diikuti berbagai komunitas film, wisata napak tilas film Indonesia, menyusun majalah film bulanan, dan masih banyak lagi.