Belum banyak film Indonesia yang mengusung genre film perjalanan (road movie). Dari segi panorama, Indonesia sangat menjual untuk genre ini, dengan banyaknya tempat yang indah. Tetapi, film perjalanan sendiri tak sekadar menjual panorama, ada berbagai hal lainnya yang diperlukan agar film ini menarik dan berkualitas seperti halnya "Laura & Marsha".
Film ini seperti judulnya, mengisahkan persahabatan Laura & Marsha, dua sahabat sejak masa SMA yang masih berkoneksi hingga keduanya bekerja. Laura (Prisia Nasution) adalah ibu satu anak yang suaminya menelantarkannya. Ia bekerja di biro perjalanan. Sedangkan Marsha (Adinia Wirasti) bekerja sebagai penulis buku perjalanan.
Keduanya berbeda perangai. Laura serius, detail, dan selalu merencanakan sesatu dengan sebaik-baiknya. Sementara Marsha adalah perempuan yang bebas dan spontan.
Cerita pun bergerak dengan ajakan Marsha menjelajahi beberapa negara di Eropa untuk peringatan dua tahun kepergian ibundanya. Laura kemudian menyanggupinya.
Di benua Eropa kemudian satu permasalahan dan permasalahan lainnya pun hadir. Dari tersesat, kecurian, hingga pada satu titik mereka merasa frustasi dan bertengkar dengan penuh emosi. Benar-benar sebuah ujian bagi persahabatan mereka. Rupanya masing-masing dari mereka memiliki misi tersendiri.
Tentang Film Perjalanan
"Laura & Marsha" bukan satu-satunya film Indonesia bergenre perjalanan. Ada beberapa film  Indonesia bergenre perjalanan sebelumnya, seperti  "3 Hari untuk Selamanya", "Banyu Biru", dan "Rayya Cahaya di Atas Cahaya". Film-film tersebut bersama dengan "Laura & Marsha" meski kurang populer apabila dibandingkan dengan film-film lainnya, tetap memiliki daya tarik tersendiri. Rata-rata dari film tersebut punya paket komplet. Tak sekadar menjual gambar-gambar panorama yang indah.
Memang panorama sepanjang perjalanan yang dilakukan oleh Laura  dan Marsha memanjakan mata. Keduanya melakukan perjalanan dari Belanda, Jerman, Austria, dan Italia. Tapi panorama hanya faktor ketiga atau faktor kesekian menurutku untuk sebuah film perjalanan. Cerita tetap menjadi unsur utama dan paling menentukan apakah filmnya akan berkesan atau langsung menghilang dari benak setelah filmnya berakhir.
Dalam "Laura & Marsha" tersebut ada beberapa elemen berlapis, cerita komplitnya disimpan hingga akhir, sehingga penonton dibuat penasaran dan tertarik menyimaknya hingga film berakhir. Memang ada unsur-unsur yang nampak kebetulan dan terasa begitu ideal dalam film ini seperti mudahnya keduanya mendapatkan pekerjaan di sebuah tempat makan ketika kehabisan uang. Hal ini agak melemahkan pondasi cerita. Tapi unsur kejutannya juga tetap disediakan.
Film "Laura & Marsha" yang dibesut Dinna Jasanti pada Festival Film Indonesia 2013 berhasil memborong 11 nominasi piala citra. Namun sayangnya hanya satu piala yang dapat dibawa pulang, yakni piala citra untuk pemeran utama wanita terbaik yang diraih Adinia Wirasti.