Kucing betina belang bernama Coki itu sudah tiga kali menelantarkan bayi-bayinya. Aku heran waktu itu kenapa ada induk kucing berkelakuan seperti itu.
Ketika masih ada satu bayinya yang hidup, aku menitipkannya ke induk kucing bernama Mungil. Ia baru melahirkan empat bayi kucing yang sehat. Ia tak keberatan ketika aku meletakkan bayi telantar itu ke kumpulan bayi kucing. Ia mau menyusuinya dan menyayanginya.
Sebulan berlalu. Suatu ketika bayi telantar itu bertemu lagi induk kandungnya. Aku tak tahu apakah si induk mengenalinya, ia menjilati anak kucing itu. Si anak kucing berupaya menyusu kepadanya, tapi ia masih ragu dan kemudian menolaknya.
Beberapa hari kemudian ia berinteraksi dengan anak-anak kucing, termasuk anaknya. Kemudian tumbuh rasa sayang secara perlahan-lahan. Ia rajin menjilati wajah dan bagian tubuh anaknya. Ia juga mulai bersikap manis ke anak-anak kucing lainnya.
Sementara itu si si Mungil nampak lelah menjadi induk kucing. Ia ingin menikmati kebebasannya. Ia mulai jarang menyusui anak-anaknya. Anak-anak kucing itu masih disusuinya, tapi tidak sesering biasanya. Sementara itu dua anak kucingnya mulai doyan makanan kucing basah.
Anak-anak kucing itu kemudian diasuh para kucing bergantian. Kadang-kadang mereka diajak main oleh Kidut Junior. Si Kidut sudah berusia enam bulan. Ia telah tumbuh cukup besar. Ia suka sekali bermain dan ia menjadi kakak yang baik bagi anak-anak kucing tersebut.
Si Coki kemudian mencoba menyusui anak-anaknya. Aku tak tahu apakah air susunya ke luar tapi anak-anak kucing mulai akrab dengannya. Ketika si Mungil nampak lelah menyusui, ia menampung mereka. Anak-anak itu dijilatinya. Mereka kemudian nampak menyusu dan lalu tidur pulas.
Dari induk kucing yang lalai dan mengalami baby blue sindrome, ia kemudian belajar menjadi induk kucing yang baik. Ia dengan suka rela masuk kandang untuk menyusui anak-anak kucing tersebut. Dan ia tak rewel atau minta ke luar. Aku sendiri membuka bagian atas kandang jika ia ingin buang air atau bosan. Rupanya jiwa keibuan eh keindukan si Coki mulai tumbuh. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H