Sama halnya dengan nasib kaca, kawannya, tirai juga ikut dilepas dan dicuci bersih. Ruang depan jadi serasa tembus pandang.
Biasanya nenekku juga minta pertolongan untuk bersih-bersih rumah ketika Beliau masih hidup. Setelah rumah beres baru kemudian membantu nenek yang rumahnya ada di sebelah rumah ibu. Biasanya nenek meminta tolong membersihkan wadah-wadah untuk kue hari raya.
Badan Juga Harus Bersih
Setelah rumah bersih dan rapi maka giliran badan untuk juga dijaga kebersihannya. Ibu meminta kami memotong kuku dan juga keramas. Biasanya kami keramas sehari sebelum hari raya.
Kami bergantian mandi keramas satu-persatu pada siang hari. Pasalnya hawa di Malang jaman itu dingin. Jika keramas sore hari tanpa air hangat maka bisa bikin bersin-bersin.
Apesnya jika ternyata lebaran berbeda tanggal dan masjid kami merayakan terlebih dahulu. Kami jadinya tidak sempat keramas khusus jelang lebaran. Entah kenapa rasanya ada sesuatu hal yang kurang.
Kebiasaan mengelap kaca dan keramas masih dipertahankan Ibu hingga saat ini. Jika mudik lebaran aku pun kembali jadi seperti anak-anak yang mengikuti tradisi bersih-bersih ala Ibu. Untungnya kini yang mengelap kaca bukan kami, melainkan para keponakan, cucu Ibu hehehe.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H