Cuaca akhir-akhir ini tak menentu. Sepertinya masih musim pancaroba. Hawa gerah tapi langit mendung, kemudian hujan turun begitu deras. Meski hujan telah membasahi tanah, tapi hawa belum berubah, masih gerah. Aku jadi memikirkan sesuatu yang segar untuk berbuka.
Di kulkas hanya ada buah-buah lokal seperti jambu merah, pisang, labu kuning, dan tomat.Wah bikin apa ya untuk sajian berbuka nanti?
Aku suka masak secara spontan. Apa yang ada di kulkas dan lemari, juga apa yang sedang tebersit di benak. Untuk jambu merah, beberapa waktu lalu aku sudah mengolahnya sebagai jus jambu. Segar, sumber vitamin C, dan kaya antioksidan.
Omong-omong harga jambu merah sekarang tak semahal awal-awal pandemi. Kini sekilonya Rp 10 ribu. Dari sekilo jambu merah bisa jadi lima hingga tujuh gelas jus jambu yang nikmat.
Untuk buah tomat aku juga suka membuatnya jadi jus. Kadang-kadang kusantap dengan gula dan air matang saja. Disantap ala salad juga segar. Hayoo tomat itu buah atau sayuran? Kalau baca-baca sih ia masuk kedua-duanya, ia buah juga sekaligus sayuran. Menarik.
Bagaimana dengan labu kuning atau waluh? Â Labu kuning ini termasuk buah lho. Ia jika dirunut-runut sebenarnya bukan buah asli Indonesia.
Berpuluh-puluh tahun yang lalu ia didatangkan dari benua Amerika. Oleh karenanya buah ini dikenal sebagai trademark Halloween.
Oleh karena buah ini sudah seabad lebih tumbuh dan menyebar di Indonesia maka ia menjadi seperti buah lokal. Nenek suka mengolahnya sebagai kolak.
Pada bulan puasa ini aku juga mengolah labu kuning sebagai kolak. Karena memasak labu kuning itu mudah, tinggal direbus hingga empuk. Lalu ditambahkan gula, santan dan dimasak deh hingga matang.