Nama Gareth Evans melejit setelah sukses menyutradarai "The Raid" dan "The Raid 2". Ia juga lantas dianggap berhasil mengorbitkan alumni "The Raid" seperti Iko Uwais, Joe Taslim, Yayan Ruhian, dan Cecep Arif Rahman. Jika namanya kerap dikaitkan dengan film bergenre laga dan martial art yang brutal, bagaimana jika ia kemudian dipercaya membesut film horor?
Gareth Evans digandeng oleh Netflix untuk menyutradarai film horor yang berjudul "Apostle" atau Sang Rasul. Dalam film horor kali pertamanya ini ia menggandeng sejumlah aktor dan aktris seperti Dan Stevens ("Colossal", "Beauty and The Beast"), Michael Sheen ("Underworld: Rise of The Lycans", The Twilight Saga"), dan Lucy Boynton ("Sing Street", "Bohemian Rhapsody")
Film ini berawal dari surat Jennifer Richardson (Elen Rhys) kepada ayahnya. Dalam suratnya ia bercerita ia diculik dan dibawa ke sebuah pulau terpencil. Ia minta ayahnya untuk segera menebus dan menjemputnya.
Yang datang menjemputnya adalah kakak laki-lakinya, Thomas Richardson (Dan Stevens). Ia tahu ia masuk kawasan yang sangat berbahaya. Penghuni pulau tersebut adalah anggota sekte yang misterius. Ia pun menyamar dan mengaku tertarik menjadi anggota perkumpulan tersebut.
Menyadari bahaya yang akan menimpa adiknya dan dirinya, maka ia pun bergegas menemukan lokasi dipenjarakannya Jennifer. Tapi rupanya proses membebaskan dan melarikan Jennifer tak mudah. Kisah tentang dewi penjaga pulau itu rupanya juga bukan sekedar mitos.
Horornya Jadi Berasa Brutal di Tangan Gareth Evans
Di Indonesia, Gareth Evans mulai dikenal lewat film "Merantau". Namun baru lewat dua film "The Raid" sosoknya menjadi diperhitungkan di kancah perfilman nasional dan mancanegara. Salah satu ciri khasnya adalah aksi laganya memiliki unsur thrill atau sensasi menegangkan dan relatif brutal.
Unsur brutal ini juga dijumpai dalam film "The Apostle" ini. Peristiwa pembunuhan dan pengorbanan yang terjadi sepanjang film ini cukup intens, beberapa adegan bikin ngilu dan membuatku mengalihkan pandangan.Â
Bahkan menurutku unsur brutal ini mengalahkan unsur seram yang ditawarkan oleh film ini. Horornya adalah adegan brutal yang dilakukan manusia 'gila' daripada oleh makhluk yang seram.
Ya, horornya kurang menggigit. Tapi bisa dimaklumi karena ini proyek pertama Gareth Evans di luar zona nyamannya.