Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Mini | 10 Menit

9 April 2020   00:07 Diperbarui: 8 April 2020   23:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Apa yang harus kupilih? (ilustrasi: pexels.com)

Sepuluh menit lagi hari akan berlalu. Perubahan hari itu akan mengubah nasibku. Aku seperti dikejar-kejar oleh sesuatu yang tak nampak, memintaku untuk segera bergegas menyelesaikan sesuatu. Sayangnya sesuatu itu begitu banyak. Aku tak tahu mana yang harus kuprioritaskan. 

Selama diam sejenak, dua menit telah berlalu. Ia hanya menyisakan delapan menit untuk membuatku memilih. Pekerjaan mana yang harus kukerjakan lebih dahulu. Apakah pekerjaan berkaitan dengan kantor, ataukah sesuatu yang berkaitan dengan diriku sendiri. Sesuatu yang membuatku gelisah hingga susah untuk tidur. 

Dan aku masih belum bisa memutuskan. Waktuku kembali berkurang, tinggal enam menitan lagi. Tiba-tiba aku merasakan denyut-denyut kegugupan itu. Sesuatu yang mencengkramku dan membekukan pikiran dan tubuhku. 

Apa yang harus kulakukan? Apa yang harus kupilih?

Aku mencoba ilmu penenangan diri yang pernah kupelajari. Ilmu tersebut berkaitan dengan pernafasan. Ambil nafas secara perlahan-lahan dan kemudian hembuskan lewat mulut juga dengan pelan-pelan. Aku berupaya menghayati aliran nafasku, dari mana ia datang dan ke mana ia akan pergi. Aku mengikutinya. Lalu pikiranku berseliweran, pilihan-pilihan itu menyesaki benakku. 

Kubiarkan sesuatu yang rumit dan pelik itu menyesaki benakku.  Dan waktu terus bergulir.

Ketika aku telah menyelesaikan meditasiku, aku memerhatikan jam. Ia telah menunjuk angka 12 tepat. Satu detik lagi hari akan berubah. Hari telah berubah menjadi Kamis, bukan lagi Rabu malam. Sepuluh menit telah pergi.

Aku tersenyum. Aku merasa lega. Kubiarkan hari itu pergi berlalu. Aku telah menyimpan keputusan. Putusan ini akan kukerjakan pagi hari dan tak akan kutunda lagi. 

Senyumku semakin lebar dan aku pun mulai mengantuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun