Berinvestasi untuk masa depan memang penting, tapi memiliki dana darurat juga tak kalah penting. Terutama pada masa seperti ini, masa pandemi. Dana darurat menurut para perencana keuangan sebaiknya dimiliki baik oleh perorangan maupun oleh sebuah keluarga, dengan besaran yang berbeda. Umumnya dana darurat berupa aset likuid, seperti uang tunai dan tabungan di bank. Ada juga yang memasukkan emas ke dalam dana darurat, karena nilainya yang cenderung stabil.Â
Aku sendiri lebih memilih tabungan di bank dan uang tunai sebagai dana darurat. Oleh karena dana darurat sifatnya mudah diambil dan digunakan. Emas menurutku agak sulit untuk jangka pendek karena rentang harga beli dan harga jualnya relatif tinggi - meski saat ini harga emas cenderung melambung karena emas dianggap produk investasi yang aman.Â
Uang tunai ini menurutku tetap penting meski sekarang marak digunakan uang digital alias cashless. Hal ini dikarenakan tidak semua toko menerima uang digital sebagai alat pembayaran. Warung-warung kelontong kecil, warteg, dan kedai pinggir jalan masih banyak yang menuntut transaksi secara tunai. Selain itu, menyiapkan uang tunai untuk beberapa minggu ke depan membantu agar tak antri mengambil uang di ATM.Â
Simpanan di tabungan membantu untuk melakukan transaksi perbankan dan transaksi cashless seperti belanja online, membayar tagihan, dan juga berbelanja di tempat-tempat tertentu. Pada saat ini bisa saja terjadi kebutuhan mendadak, seperti membeli masker, antiseptik, dan lainnya. Meskipun tidak digunakan untuk memborong belanjaan ini dan itu, memiliki simpanan di tabungan yang bisa diambil sewaktu-waktu membuat perasaan lebih tenang.Â
Dana darurat juga bisa diwujudkan dalam reksadana pasar uang. Namun ia tidak selikuid tabungan di bank. Biasanya reksadana pasar uang baru bisa dicairkan sekitar 2-3 hari kerja.Â
Jumlah dana darurat ini berbeda antara individu dan mereka yang sudah berkeluarga. Dana darurat bagi mereka yang sudah memiliki anak pun juga berlainan jumlahnya dengan mereka yang baru menikah. Hal ini biasanya juga disesuaikan dengan gaya hidup dan pola pengeluaran tiap bulannnya. Nilainya bisa satu hingga beberapa kali lipat pengeluaran bulanannya. Dana darurat ini tak harus dibelanjakan atau dihabiskan. Seperti sifatnya, darurat, maka ia hanya digunakan untuk berjaga-jaga jika ada pengeluaran mendadak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H