Langit di kawasan Depok masih juga mendung siang ini. Gerimis juga muncul sesekali. Ruangan juga terasa sepi, karena beberapa kawanku tak bisa hadir karena sakit. Gerimis membuat perut terasa mudah lapar lagi. Â Aku ingin sesuatu yang berkuah, hangat, dan gurih.Â
Kawanku mengusulkan soto mie dengan tetelan. Aku pun langsung sepakat. Menyeruput soto saat hawa dingin-dingin seperti ini rasanya pas. Soto mie dengan harga Rp 13 ribu pun kemudian siap kami santap. Isiannya pun cukup mantap.
Dalam seporsi soto mie dengan kuah berwarna kecokelatan terdapat rajangan kol, lalu ada irisan tomat, potongan tahu dan risol, serta beberapa potongan kecil tetelan. Penampilan isiannya berwarna-warni dan nampak mengundang selera. Ada putih, hijau muda, merah, cokelat muda, dan cokelat tua. Sayangnya aku mengganti mie dengan nasi sehingga kehilangan pesona warna kuningnya.Â
Kuah soto mie pun kuseruput. Hangat, gurih, dan terasa sedikit kecut. Aku pun batal menambahkan perasan jeruk.Â
Kutambahkan sambal berwarna jingga. Sambalnya cair tapi ternyata lumayan pedasnya. Rasanya jadi semarak. Ada gurih, masam, dan pedas.Â
Di luar sana cuaca masih kurang bersahabat. Di sini kami duduk di meja bundar dengan posisi melingkar. Kami mendiskusikan apa saja, hal-hal ringan, sesuatu yang membuat muram atau yang membuat tertawa. Makan siang kami tergolong murah di perkantoran tapi kami dengan senang dan lahap menyantapnya. Â Satu porsi soto mie itu membuat kami kenyang dan puas. Meski ada yang mengeluh tekstur dagingnya agak keras.
Gerimis dan soto mie. Hawa dingin dan rasa hangat gurih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H