Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Setelah Si Doel, Rano Karno Bisa Garap "Betawi Series"

30 Januari 2020   16:50 Diperbarui: 30 Januari 2020   16:50 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tari Cokek sempat muncul dalam adegan awal film si Doel. Tari ini memiliki unsur budaya Tiongkok (sumber: aktual.com)

Ketika menyaksikan "Akhir Kisah Cinta si Doel", aku tertarik dengan awalan film ini. Ia menampilkan berbagai cuplikan tentang kultur Betawi yang masih bisa ditemui sehari-hari di Jakarta meski mulai langka. Di antaranya adalah penjual kerak telor dan kesenian tanjidor. Adegan kemudian berpindah dengan tarian khas Betawi yang penarinya menggunakan kostum tari yang menyolok, tari cokek. Melihat kilasan-kilasan kesenian Betawi ini maka seusai menamatkan kisah yang berawal dari serial "Si Doel Anak Sekolahan", maka Rano Karno bisa menggarap semacam serial atau film dokumenter tentang kesenian ini.

Meskipun bukan asli suku Betawi, Rano Karno erat dengan budaya Betawi karena ia besar di Jakarta. Apalagi namanya kemudian menjulang berkat perannya sebagai si Doel dalam film "Si Doel Anak Betawi" yang disutradarai oleh Sjuman Djaya. Dalam film yang diproduksi tahun 1972 tersebut Rano Karno baru berusia sekitar 12 tahun.  Baru 21 tahun kemudian si Doel membuat versi baru dari "Si Doel Anak Betawi" yang juga sama-sama diadaptasi dari novel berjudul "Si Doel Anak Betawi" karya Aman Datok Majoindo.

Berawal dari novel kemudian menjadi diangkat menjadi film tahun 1972 lalu menjadi serial sejak tahun1993 (sumber: noktahdika.wordpress.com)
Berawal dari novel kemudian menjadi diangkat menjadi film tahun 1972 lalu menjadi serial sejak tahun1993 (sumber: noktahdika.wordpress.com)

Dalam serial dan film Si Doel, memang nuansanya lekat dengan keseharian masyarakat Betawi. Dari rumah tradisional, kesenian tanjidor, gaya berpakaian si Doel, serta celotehan-celotehan Babeh dan Mandra. Dalam film lainnya, di luar jagat Si Doel, Rano Karno lewat rumah produksinya, Karnos Film, juga pernah membidik kesenian lainnya yaitu barongsai, "The Last Barongsai". Memang barongsai bukan kesenian asli masyarakat Betawi, akan tetapi budaya Betawi tak bisa dipungkiri memang memiliki unsur kesenian dari negeri Tiongkok. Hal ini bisa dilihat dari tari Cokek juga baju pengantin wanita tradisionalnya.  Demikian juga dengan kesenian seperti gambang kromong dan menyalakan petasan pada saat menyambut pengantin pria.

Ada banyak tradisi Betawi mulai dari sisi kuliner yang sebagian mulai langka hingga motif batiknya yang khas. Hal ini bisa menjadi bahan ide bagi Rano Karno dan Karnos Film untuk membuat beragam tayangan dengan unsur kesenian tersebut. Wujudnya bisa berupa serial atau film panjang, baik fiksi maupun film dokumenter. 

Rano Karno bisa membuat tayangan film fiksi atau dokumenter tentang seni Betawi lainnya yang jarang terbidik (sumber: merdeka.com)
Rano Karno bisa membuat tayangan film fiksi atau dokumenter tentang seni Betawi lainnya yang jarang terbidik (sumber: merdeka.com)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun