Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Missing Link", Kisah Bigfoot Cerdik yang Berhasil Kalahkan Animasi Disney di Golden Globes 2020

13 Januari 2020   13:04 Diperbarui: 13 Januari 2020   23:02 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boneka karakter di Missing Link (sumber: awn.com)

Ada berbagai kejutan dalam pengumuman pemenang Golden Globes 2020. Salah satunya adalah pemenang untuk kategori "Best Motion Picture - Animated".

Dari lima nominasi yang tiga di antaranya produksi Disney, muncul nama pemenang yang tak banyak dijagokan. Ia adalah "Missing Link". Wah sehebat apa ya film animasi ini sehingga berhasil melibas nama-nama besar?

Judul-judul animasi yang masuk nominasi "Golden Globes 2020" bukan sembarangan. Keempatnya adalah film kartun yang beken, meskipun disayangkan kali ini film animasi dari Jepang tidak masuk. Padahal salah satu produksi dari Jepang, "Weathering With You" banyak mendapat pujian dari segi cerita dan kualitas gambar.

Kelima nominasi Golden Globes, tiga di antaranya dari Walt Disney Animation Studios, yaitu "Toy Story 4" yang merupakan produksi Pixar, anak perusahaan Disney; juga "Lion King" dan "Frozen II".

Lainnya adalah produksi by DreamWorks Animation yang juga filmnya tak kalah populer, yaitu sekuel terakhir dari "How to Train Your Dragon". Keempatnya film populer dan dari studio animasi kondang, namun studio di balik "Missing Link" sebenarnya juga tak kalah populer.

Ya, ada nama besar Laika di balik pembuatan film "Missing Link". Ia salah satu studio animasi yang disegani. Mereka unik karena fokus pada jenis animasi dengan metode stop-motion.

Stop-motion animation ini tidak mudah. Mereka tidak menggunakan coretan gambar dari tangan atau komputer, melainkan menggunakan potongan-potongan gambar baik dari tanah liat, boneka, foto atau gambar, obyek, siluet, dan sebagainya yang digerakkan sehingga menjadi gambar yang runtut seperti animasi yang dibuat dengan metode konvensional.

Laika telah menghasilkan film-film animasi beken seperti "Corpse Bride", "Coraline", "Paranorman", "The Boxtroll", dan "Kubo and The Two Strings". Menariknya sebelumnya mereka telah menghasilkan lima nominasi oscar dan tiga nominasi Golden Globe. Jadi sebenarnya pesaing Disney adalah sosok yang kuat.

Tiga wakil Disney pada ajang Golden Globes memang sangat kuat dan begitu populer. Meskipun sempat dipertanyakan, apakah"Lion King" masuk live action atau animasi, tapi rupanya kemudian ia masuk kategori animasi.

Cerita "Lion King" sama dengan versi tahun 90-an, hanya kualitas grafisnya memang lebih hidup dan hampir seperti nyata. Namun, menurutku "Lion King" agak datar dan membosankan. Untunglah ada duo Timon dan Pumbaa yang membuat ceritanya lebih menarik dan kocak (Ulasan berikut ini).

Awalnya aku menjagokan Toy Story 4 dari segi cerita (sumber: imdb/pixar)
Awalnya aku menjagokan Toy Story 4 dari segi cerita (sumber: imdb/pixar)
Sedangkan "Frozen II" ceritanya lebih orisinil, lepas dari pengaruh cerita HC Andersen tentang Snow Queen.

Karakter Elsa dan Anna nampak lebih dewasa. Ceritanya juga lebih kompleks, meski agak nanggung nuansa 'dark'-nya, mungkin karena memang film ini dibuat untuk  film keluarga. Tapi secara keseluruhan, "Frozen II" itu hangat dan menyenangkan (Ulasan di sini).

Sebenarnya di antara ketiga wakil Disney, aku paling suka "Toy Story 4". Ceritanya mengaduk-aduk emosi. Aku seperti menemukan keriangan dan ikut terbawa nostalgia masa kecil, ketika masih asyik bermain dengan boneka.

Toy Story 4 merupakan tontonan yang menarik dengan kisah yang makin dinamis. Dalam film ini Woody dihadapkan pilihan yang dilematis (ulasan berikut ini).

Untuk wakil DreamWorks Animation, "How to Train Your Dragon 3: Hidden World" membuatku sentimentil. Dalam sekuel terakhir ini digambarkan perpisahan antara Hiccup dan Toothless. Akhirnya Hiccup menyadari bahwa bangsa naga sulit untuk hidup harmonis bersama bangsa manusia, mereka perlu tempat tersendiri.

Cerita perpisahan ini mengharukan, rasanya ada sesuatu yang pergi dan sedih ketika mengingat masa-masa ketika Hiccup baru mengenal Toothless dan berpetualang bersama (Ulasan di sini)

Dari segi cerita keempatnya sama-sama apik, terutama "Toy Story 4". Dari segi kualitas gambar menurutku "Toy Story 4" juga lebih unggul. Apa kiranya yang membuat "Missing Link" lebih unggul?

"Missing Link": Cerita yang Ringan dengan Animasi yang Sulit Dibuat
Jika tak melihat studio pembuatnya, mungkin aku mengira "Missing Link" adalah animasi pada umumnya, menggunakan gambar dengan bantuan komputer, seperti film animasi Amerika kebanyakan. Tapi pembuatnya adalah Lenka.

Animasi ini menggunakan bantuan obyek dan boneka yang kemudian ditata dan digerakkan sedemikian rupa sehingga hasil akhirnya seperti film kartun, runtut, rapi, dan mengalir.

Tak mudah membuat set dan figur seperti ini (sumber:IMDb)
Tak mudah membuat set dan figur seperti ini (sumber:IMDb)
"Missing Link" yang disutradarai oleh Chris Butler berkisah tentang pemburu monster bernama  Sir Lionel Frost. Ceritanya berlatar tahun 1886.

Setelah berhasil memotret keberadaan monster danau, ia penasaran untuk mengetahui sosok Bigfoot alias Sasquatch alias Yeti dan juga bergabung dengan kelompok elit "society of great men" yang dipimpin Lord Piggot-Dunceby. Ia harus membuktikan makhluk itu nyata.

Ketika kemudian bertemu dengan sosok tersebut, Lionel terkejut. Pasalnya si Sasquatch yang disapa Mr. Link rupanya bertingkah laku seperti manusia. Ia bisa berbahasa manusia dan membaca. Dan rupanya ia yang mengirim surat kepadanya untuk menemukan dirinya.

Lionel semakin pusing ketika Mr.Link meminta tolong untuk mengantarnya ke Himalaya, karena ia sendirian di hutan. Dalam perjalanan menuju Himalaya, Lionel dan Mr.Link mengalami berbagai masalah yang mengancam nyawanya.

Ceritanya sebenarnya sederhana, aku masih lebih suka "Kubo and The Two Strings" yang lebih imajinatif. Ya, dari sisi cerita tidak terlalu wah dan ringan.

Tapi animasi yang apik ini hasil dari kerja yang sungguh berat. Pastinya susah sekali membuat boneka seperti bigfoot yang memiliki bulu tebal dan monster lainnya, belum lagi soal ekspresi dan gerak-geriknya. 

Belum lagi dengan kontruksi set nya atau tatanan latar tempatnya, seperti danau, hutan-hutan di India, dan daerah bersalju di Himalaya. Hasilnya, animasi yang seperti animasi dengan gambar komputer, halus, dan indah, dengan tekstur yang terlihat, seperti tekstur bulu dari Mr.Link.

Boneka karakter di Missing Link (sumber: awn.com)
Boneka karakter di Missing Link (sumber: awn.com)
Membuat kontruksi set untuk sebuah adegan (sumber: awn.com)
Membuat kontruksi set untuk sebuah adegan (sumber: awn.com)
Aku membaca dari artikel awn, mereka menggunakan lebih dari 110 set dan 65 lokasi yang unik. Desain dari figur Mr Link juga rumit, dengan kombinasi bahan latex, silikon, dan bahan khusus untuk membuat bulunya seperti bulu leher burung. Intinya membuat animasi stop motion seperti "Missing Link" perlu ketekunan dan kerja keras.

Wah kerja keras Laika akhirnya berhasil. Setelah berkali-kali hanya masuk nominasi, akhirnya mereka berhasil meraih piala penghargaan. Siapa tahu "Missing Link" juga nembus nominasi Oscar atau bahkan jadi kandidat juara.

Referensi: awn

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun