Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Bila Kompasiana Tak Lagi Dilirik Pembaca?

19 Desember 2019   13:45 Diperbarui: 19 Desember 2019   21:05 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku Kompasiana yang masih kusimpan hingga sekarang (dokpri)

Suatu malam ketika membuka laman Kompasiana via gawai, aku terkejut mendapati suara. Aku pun mencari asal-muasal suara tersebut. Kemudian aku mendapati asal suara itu dari konten video. Kucoba untuk menghentikannya. Tapi begitu susah, hingga akhirnya aku batal melanjutkan untuk membaca artikel di Kompasiana. Apakah Kalian juga merasakan hal yang sama?

Ketika aku membuka laman Kompasiana via laptop, konten video itu juga muncul. Tapi masih relatif mudah dihentikan dibandingkan via hape. Aku kemudian penasaran bagaimana caranya menghentikannya.

Ketika membuka Kompasiana via gawai, aku pun membuka menu pengaturan dan kumatikan javascript-nya di pilihan tampilan. Berhasil. Hanya sayangnya ada beberapa fitur malah tak berfungsi, seperti menampilkan daftar tulisan tiap profil penulis. Baru berhasil di gawai, aku belum menemukan cara pemblokir konten video otomatis muncul di laman ketika membukanya via laptop.

Ya, setidaknya aku bisa menggunakan cara itu apabila ingin membuka laman Kompasiana dengan gawai dan tidak ingin terganggu oleh konten video. Selain mengganggu, juga menyedot kuota. Waduh alasan apa sih yang membuat Kompasiana melakukan hal blunder seperti ini?

Kenapa aku menyebut cara Kompasiana menyisipkan konten video ini buruk karena dari segi kenyamanan membaca jelas-jelas sangat mengganggu. Kompasiana telah masuk 'the next level' dalam menghadirkan pengalaman membaca yang buruk. Diawali dengan iklan yang berlimpah dan sulit ditutup, Kompasiana makin tidak nyaman dengan tampilan tulisan yang dibagi-bagi perhalaman ala-ala Tribun. Memang ada pilihan untuk menampilkan semua, tapi bukan 'default'. Pembaca harus melihat versi perhalaman dulu baru bisa memilih tampilan semua dalam satu halaman.

'Inovasi' lainnya yang ditampilkan Kompasiana untuk 'membuat derita pembacanya' yaitu menampilkan tautan artikel lainnya yang membuat pembaca terdistraksi. Alih-alih hendak memilih 'vote' tulisan, malah tak sengaja mengklik tautan tersebut. Aku beberapa kali tak sengaja melakukannya dan ini pengalaman yang tak enak. Sudah capek-capek scroll bawah untuk berkomentar eh malah terbawa ke artikel lainnya.

Komentar juga saat ini tak ditampilkan sepenuhnya, harus klik lagi. Padahal bisa dengan cara ditampilkan lima teratas baru ketika scroll ke bawah bisa otomatis muncul lainnya. Belum cukup 'menyiksa' pembaca, kini ada lagi konten sisipan video. Astaga!

Salah satu kekesalan pembaca Kompasiana (sumber: FB Kompasiana)
Salah satu kekesalan pembaca Kompasiana (sumber: FB Kompasiana)

Hal-hal di atas sudah banyak dikritisi oleh Kompasianer, seperti Andri dan Reno. Tapi entah kenapa Kompasiana masih bertahan dan malah semakin kreatif menampilkan hal-hal yang tak semestinya. 

Hasilnya? Jika melihat perolehan pembaca, tingkat keterbacaan pembaca untuk setiap artikel menurun. Apabila tulisan tak masuk headline ataupun rajin dipromosikan oleh admin maka jumlah keterbacaan hanya berkisar di bawah 100. Ini kabar buruk baik bagi penulis maupun bagi pembaca. Padahal bisa jadi bukan karena artikel itu buruk sepi pembaca, melainkan karena membaca Kompasiana tak lagi nyaman.

Dalam dunia teknologi informasi, ada ilmu yang wajib dikuasai oleh mahasiswa yaitu ilmu interaksi manusia dan komputer. Dalam ilmu ini diajarkan bagaimana membuat sebuah aplikasi dan situs yang nyaman bagi para penggunanya. Ilmu ini di antaranya berlandaskan kebiasaan manusia dan juga faktor psikologi. 

Hal-hal yang ditekankan dalam ilmu ini adalah konsistensi, kemudahan menggunakan fitur-fitur, penataan tombol, kesederhaaan, dan sebagainya. Situs yang 'meriah' bukan pilihan yang tepat apalagi Kompasiana adalah wadah penulis sehingga ekspektasi yang diharapkan oleh pembaca adalah artikel yang tulisannya nyaman dibaca, bukan dihiasi oleh hal-hal yang malah membuat terdistraksi dan membuat si pembaca merasa tidak nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun