Penderita HIV-AIDS masih sering mendapatkan perlakuan negatif dari masyarakat. Ada yang menyebutnya penyakit hukuman Tuhan. Padahal, penyebab penyakit ini tak semata-mata karena pergaulan bebas, namun bisa jadi karena kesalahan pada saat melakukan transfusi darah dan sebagainya.Â
Kisah-kisah tentang stigma yang dialami penderita dan bagaimana memberikan pendidikan ke masyarakat tentang HIV-AIDS telah terbingkai dalam banyak film, di antaranya tujuh film berikutz
Tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari AIDS sedunia. Dengan adanya momen peringatan ini masyarakat diminta untuk menjauhi pergaulan bebas sekaligus juga memberikan edukasi tentang penyebab dan media penularan HIV-AIDS serta berhenti memberikan stigma negatif kepada ODHA (orang dengan HIV-AIDS).
Hingga saat ini penderita HIV-AIDS di Indonesia sebagian besar berdiam di Jakarta, Jawa Timur, dan Papua. Selain dikarenakan pergaulan bebas, penyebab lainnya yang menjadi media penularan adalah narkoba dengan berganti jarum suntik, transfusi darah, dan seseorang yang menularkan penyakitnya ke pasangannya.Â
Ada beberapa kasus yang penderitanya adalah ibu rumah tangga dan anak-anak. Selama ini sebagian dari mereka mendapat stigma negatif dan menyandang beban perlakuan diskriminatif dari orang-orang di sekelilingnya.
Kisah-kisah tentang ODHA banyak dikisahkan dalam film-film, baik film Indonesia maupun mancanegara. Berikut di antaranya deretannya:
1. Philadelphia
Film tentang HIV-AIDS yang kali pertama kutonton adalah Philadelphia. Film ini satu di antara film-film yang begitu apik diperankan oleh Tom Hanks. Ia tampil total. Film ini jugalah yang memberikan piala Oscar pertama kepada aktor asal California ini.
Suatu ketika ia dipecat karena dianggap melakukan perbuatan yang tak dilakukannya. Ia menganggap pemecatan tersebut berkaitan dengan penyakitnya. Andrew pun kemudian menggugat kantornya atas perlakuan diskriminasi
Waktu pertama menonton film ini aku masih kecil sehingga tidak paham dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Andrew. Baru ketika menonton saat dewasa, aku menyadari bahwa pada masa itu jumlah ODHA tidak banyak dan mendapat stigma negatif dari masyarakat.
Dalam film dijelaskan bahwa HIV-AIDS tidak menular lewat jabat tangan sehingga sebenarnya aman berkomunikasi dan bersosialisasi dengan mereka. Film ini juga berdasarkan kisah nyata yang dialami seorang pengacara pada tahun 1987.