Sejak beberapa tahun terakhir Kementerian Pariwisata dan Pemerintah Daerah berupaya menggenjot pendapatan daerah lewat desa wisata. Usahanya menunjukkan hasil dengan semakin banyak bermunculan desa-desa wisata, terutama di sekitaran Yogyakarta dan Jawa Timur.Â
Tapi tak semua cerita tentang desa wisata itu berakhir indah. Banyak juga di antara desa wisata tersebut yang mati suri, bahkan layu sebelum berkembang.
Aku ingat sekitar tiga tahun lalu cerita-cerita indah tentang desa wisata itu banyak dibagikan. Para pengelolanya diundang ke acara-acara seminar untuk memaparkan rahasia suksesnya.Â
Ada yang menjual panorama alam di desanya, keunikan budayanya seperti desa wisata Osing, atau produk buatan warga desa tersebut yang khas seperti desa pembuat keris, desa pembuat kerajinan perak dan sebagainya.
Cerita pengelolaan desa wisata yang sukses salah satunya kudapatkan pada hari kedua penyelenggaraan Indonesia Heritage Tourism Forum yang diadakan Magister Pariwisata UGM. Kami diajak berkunjung ke Desa Wisata Nglanggeran.
Gunung Api Purba Nglanggeran yang terletak di desa Nglanggeran, Patuk inilah yang menjadi atraksi utamanya. Gunung api purba ini dikenal memiliki panorama yang indah dan medannya cocok bagi para pendaki pemula.Â
Gunung api purba ini juga mengundang ketertarikan para akademisi dan ilmuwan.
Sejak dibuka untuk umum tahun 1999 hingga kemudian dibanjiri pengunjung pada tahun 2014 ada satu hal yang kemudian menjadi isu utama. Masalah sampah wisatawan.Â
Hal ini juga menimpa sejumlah obyek wisata di berbagai daerah. Masalah ini jika dibiarkan akan mengganggu pemandangan juga merusak alam tersebut.