Setiap perjalanan memiliki cerita. Baik perjalanan dengan transportasi umum maupun ketika menggunakan kendaraan pribadi. Setiap perjalanan itu memiliki kesan tersendiri, bahkan kadang-kadang ceritanya lebih berkesan daripada ketika tiba di lokasi wisata.
Beberapa kali aku melakukan perjalanan darat yang panjang. Adakalanya kulakukan sendirian yang umum disebut perjalanan solo, kadang-kadang bersama kawan atau keluarga.
Perjalanan seorang diri pernah kulakukan di antaranya dari Jakarta menuju Bali menggunakan mode transportasi kombinasi kereta api, kapal laut, dan bus. Sedangkan perjalanan darat dari Jakarta menuju Nusa Tenggara Barat kulakoni dengan pesawat terbang dilanjutkan dengan angkot dan kapal laut.
Hingga kini perjalanan keduanya masih bisa kubayangkan. Sungguh berkesan.
Perjalanan solo itu bagiku merupakan tantangan. Apalagi bagi seorang perempuan. Ada banyak hal yang diuji, dari tingkat penyesuaian diri, kepekaan sosial, mengatur bujet, dan bersikap waspada.
Biasanya aku bersikap biasa dan berupaya membaur dengan para penumpang. Jangan bersikap dan berpenampilan mencolok. Akan lebih baik lagi jika bersikap seolah-olah ada teman dan saudara yang akan menjemput di tiap-tiap tujuan, sehingga meminimalkan risiko niat orang-orang jahat.
Dari perjalanan solo itu aku mendapatkan teman-teman baru. Ada rekan perjalanan sepenanggungan, yang enak untuk berbagi cerita dan saran seputar perjalanan. Ada juga warga lokal di mana kemudian aku menginap di sana dan aku mendapatkan wawasan baru.
 Aku juga dituntut untuk cepat beradaptasi dan fleksibel, bagaimana jika aku kemalaman di jalan dan bisa jadi ada risiko kapal laut sudah tidak beroperasi.
Ada berbagai kejutan yang menarik kutemui selama melakukan perjalanan solo.
Suatu ketika ada seorang ibu yang kuajak mengobrol ketika menunggui pesawat. Eh ia kemudian mengajak berbagai taksi dari bandara di Lombok menuju pusat kota. Aku malah hanya diperbolehkan membayar seperlimanya karena ia mendapat jatah dari kantor. Wah senangnya.