Seporsinya Rp 12 ribu. Masakan berkuah cokelat ini juga menggunakan campuran petis sehingga memberikan rasa dan aroma yang khas. Di dalam kuah cokelat ini terapung-apung potongan daging sapi berlemak, tahu, selada hijau, dan juga perkedel singkong.Â
Aku mengaduk-aduk kuahnya agar petisnya yang biasa menempel di piring bisa tercampur rata. Kuah pedas manis gurih ini terasa hangat di kerongkongan. Slurp nikmat.Â
Dagingnya empuk dan karena beberapa ada lemaknya maka ada guratan rasa manisnya. Tahunya memberikan tekstur lembut, kontras dengan perkedel singkong yang agak keras. Sedangkan selada memberikan kontribusi rasa segar.Â
Di kedai lainnya terdapat penjual tahu lontong dan tahu telur. Tahu lontong itu agak mirip ketoprak di Jakarta minus bihun. Di dalamnya ada tahu goreng setengah matang, potongan lontong, tauge, kemudian disiram bumbu kacang dan diberi tambahan kerupuk.Â
Sedangkan tahu telur itu potongan tahu goreng setengah matang lalu dicampur telur dan digoreng lagi. Selanjutnya dipotong-potong, ditambahkan tauge lalu disiram bumbu kacang campur petis dan diberikan topping kerupuk. Enak dan mengenyangkan. Seporsinya sepuluh ribu rupiah.Â
Bagian yang menarik dari persiapan tahu lontong ataupun tahu telur ini adalah proses memotong tahunya. Alih-alih menggunakan pisau, si penjual masakan ini rata-rata menggunakan gunting besar.Â
Dulu waktu kecil aku dan kakak suka takjub melihat bagian ini karena tak umum rasanya menggunakan gunting sebagai bagian dari proses memasak.
Yang makin jarang kutemui di Malang adalah kembang tahu kuah jahe yang disingkat tahwa. Dulu biasanya sore-sore ada penjual bersepeda menawarkan jajanan ini. Rasanya unik. Tahu yang rasanya agak tawar berpadu dengan kuah jahe dengan gula merah yang hangat. Enak disantap saat hawa dingin.Â
Olahan tahu lainnya yang tak kalah sedap adalah keripik tahu, tahu pong, tahu gimbal, tahu sumedang, dan tahu bulat digoreng dadakan.Â
Kalau Kalian suka olahan tahu seperti apa?