Usai menonton film di bioskop Sadang, masih ada waktu dua jaman sebelum langit gelap. Wah kemana ya dengan waktu yang terbatas? Akhirnya kami hanya jalan-jalan ke danau dan taman yang ada di pusat kota Purwakarta, Situ Buleud dan Alun-alun Kota Purwakarta.
Jalan dari Sadang menuju pusat kota lebih lancar daripada arah sebaliknya. Jalan-jalan lebar nan bersih menyambut kami. Beberapa bagian kota dihiasi dengan patung berupa kerajinan keramik. Aku teringat Plered, salah satu daerah di Purwakarta, merupakan sentra produk kerajinan keramik, seperti halnya Dinoyo di Malang.
Tak sampai 20 menit kami sudah tiba di Situ Buleud atau Taman Air Mancur Sri Baduga. Dinamakan Situ Buleud karena bentuk danaunya yang bulat. Situ ini mulai dibangun pada tahun 1830 sebagai persediaan air dan tempat rekreasi.
Di luar Situ Buleud banyak terdapat penjual jajanan. Juga ada penyewaan untuk menunggang kuda dan dokar. Untunglah penjualnya tidak masuk ke taman, untuk mencegah pengunjung dan penjual buang sampah sembarangan.
Aku pun jajan es krim cincau. Cincau hijau dengan bagian atasnya diberi topping es krim santan dan kucuran gula merah dan susu kental manis. Enak, manis dan segar. Harganya Rp 5 ribu seporsinya.
Di dekat pintu masuk situ terdapat patung badak. Rupanya dulu daerah tersebut juga terdapat kubangan badak.
Makin sore pengunjung makin ramai berkunjung ke danau plus taman yang tanpa biaya masuk ini. Danau di tengah kota ini lumayan besar. Di tengah danau terdapat arca Sri Baduga yang menggambarkan Beliau sedang melakukan proses tirakat atau semedi di tengah danau dengan dikawal para harimau putih.
Sri Baduga merupakan penyebutan Prabu Siliwangi. Beliau adalah raja terkenal yang membawa masa kejayaan kerajaan Sunda Pajajaran.