"Mbakyu jadi admin KOMiK yuk, kan sering nulis tentang perfilman,". Sebuah pesan tawaran menjadi admin dari Pak Agung Handoyo masuk melalui aplikasi chatting. Aku membacanya perlahan-lahan. Saat itu aku masih bergabung di sebuah grup perfilman juga namun lebih terfokus ke media daring, bukan sebuah komunitas. Ketika aku merasa media daring perfilman tersebut situasinya mulai kurang kondusif, aku pun melepaskannya dan kemudian memutuskan aktif di komunitas KOMiK.
Ada yang belum tahu KOMiK? KOMiK itu merupakan komunitas kompasianer pecinta film. Ia merupakan kepanjangan dari Kompasianers Only Movie enthus(i)ast Klub. Komunitas ini berdiri sejak bulan Agustus 2014. Jadinya usianya sebentar lagi akan genap empat tahun.
Aku sendiri memilih bergabung menjadi anggota KOMiK karena merupakan penggemar film dan suka apabila dapat nonton gratis. Aku pun awalnya termasuk yang milih-milih film sehingga hanya menonton film yang kusuka serta jadwal dan filmnya oke. Selain KOMiK aku juga bergabung dengan beberapa komunitas lainnya, namun hanya aktif sebagai anggota.
Rupanya menjadi pengelola atau pengurus itu tidak sama dengan sekedar menjadi anggota. Jika saat menjadi anggota aku tahunya 'beres' dan bisa memilih film apa yang ingin kutonton. Sedangkan ketika menjadi pengelola alias admin agak lebih 'ribet' karena ada pekerjaan tambahan, seperti merencanakan program tahunan, kemudian mengelola daftar peserta setiap even.Â
Selain itu sebagai pengelola, kami diharapkan dapat memahami karakter anggota. Mana anggota yang bandel hanya suka menonton tanpa memberikan ulasan atau yang lebih parah hanya daftar tapi tidak kelihatan batang hidungnya. Di suatu waktu kami pun merencanakan kira-kira even mana yang disukai dan kiranya dapat memberikan manfaat bagi anggota.
Ada berbagai suka duka kualami saat menjadi pengelola KOMiK. Beberapa pihak ketiga ada yang keheranan dengan pemilihan nama KOMiK karena lebih mengarah ke jenis karya fiksi. Ada pihak ketiga yang 'royal' tapi ada pula yang hanya memberikan fasilitas minim. Ada juga yang terkesan ragu dan curiga pada KOMiK ketika aku menyampaikan email permohonan kerja sama, padahal kami mengajukan kuota untuk sebuah even gratis dengan dibarter ulasan, tanpa minta fasilitas lebih.
Tahun ini sudah tahun keduaku menjadi admin KOMiK. Tahun pertama aku dan Pak Agung Han mengelola KOMiK bersama-sama Dina Mardiana, kemudian di triwulan terakhir kami mengajak Yogi Setiawan karena ayah Dina sedang sakit. Oleh karena Dina tahun ini kembali bekerja di Prancis maka kami pun merekrut admin baru, yakni Noval Kurniadi dan Linda Erlina.
Berbeda pengelola berbeda rasa dan nuansa. Bagi yang sering mengikuti nobar dan even KOMiK tentu bisa merasakan perbedaan nuansa tersebut. Saat KOMiK baru berdiri, ketika Pak Agung mengelolanya sendirian, dan ketika kami menjadi sebuah tim masing-masing memiliki atmosfer yang berbeda. Saat ini KOMiK lebih banyak diisi oleh yang muda-muda. Kami sadar perlunya regenerasi dan komitmen agar KOMiK tetap eksis mewarnai Kompasiana dan dunia perfilman nasional pada umumnya.
Komunitas Bikin Antusias dan Bisa Jadi Wadah Mengumpulkan dan Menyalurkan Energi Baik
Aku sejak kecil sebenarnya suka berkomunitas, terutama yang memiliki kesamaan minat dan hobi. Saat berkomunitas biasanya tidak hanya suka-suka, tapi ada energi baik yang kudapatkan, semangat dan keinginan untuk berbuat lebih dan lebih, juga niatan dan aksi untuk memberikan kontribusi ke masyarakat sekeliling.
Waktu SMP aku sempat bergabung dengan remaja masjid. Dalam komunitas Remas ini aku banyak mendapat asupan wawasan tentang keagamaan juga melakukan kegiatan yang bersifat sosial. Kami mengadakan bakti sosial dan kemudian menyalurkannya ke yang berhak. Gara-gara dulu sempat aktif di kelompok tersebut, aku pernah menjadi wakil sekolah untuk mengikuti lomba cerdas cermas agama tingkat SMP di Malang. Syukurlah waktu itu sempat menembus juara ketiga.
Ketika SMA, aku bergabung dengan kelompok teater. Di kelompok ini aku mulai belajar tentang berakting dan memahami karakter sekeliling. Kelompok teater ini memberiku suntikan kepercayaan diri dan membuatku lebih mampu bersimpati dan berempati ke masyarakat sekeliling.
Selanjutnya ketika di bangku perkuliahan, aku menikmati bergabung di beberapa UKM dan juga aktif di himpunan kemahasiswaan. Waktu itu aku bergabung dengan kelompok fotografi, paduan suara mahasiswa, dan koperasi mahasiswa. Dari situ aku merasakan energi baik, yang bermanfaat bagiku dan bagi sekelilingku.
Dalam kelompok traveler tersebut aku belajar menyalurkan energi baik, mempromosikan daerah dan memberikan bantuan secara cuma-cuma kepada traveler yang membantu. Dan ternyata energi baik itu kemudian kembali padaku. Ketika aku berada di negeri orang, orang-orang yang sebelumnya tak kukenal dalam kelompok traveler ini membantuku dengan sukarela. Ya, energi baik itu kekal, ia bisa diregenerasi dan tak mati.
Sama halnya yang kurasakan ketika aktif berkiprah di KOMiK. Aku merasakan energi baiknya. Aku menjadi lebih terbuka dan berpandangan positif. Aku merasa tidak sendirian dan bisa berbagi tentang ideku ke kawan-kawan. Sebagian di antaranya terlaksana.
Saat ini masih banyak gagasan dalam KOMiK, seperti membuat kelas membuat skenario film. Realitanya industri film dan layar TV perlu banyak skenario positif. Siapa tahu dari KOMiK lahir para penulis skenario untuk acara TV dan film yang positif dan memberikan manfaat bagi mereka yang menontonnya.
Gagasan positif, anggota satu minat dan tujuan, kumpulan energi baik, dan atmosfer komunitas yang mendukung merupakan ekosistem yang bertumbuhan di era digital ini. Jika komunitas positif ini terus diberdayakan, maka akan semakin banyak energi baik dan kontributif bagi masyarakat dan daerah sekelilingnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H