Langit masih gelap. Jalanan Jakarta Timur berkilauan oleh lampu-lampu jalan. Kami memulai perjalanan menuju timur Jawa. Di beberapa masjid sepanjang yang kulewati nampak ramai oleh mereka yang melakukan itikaf. Selama sepuluh hari terakhir ibadah Ramadan, khususnya malam ganjil, mereka meramaikan masjid untuk semakin mendekatkan diri ke Ilahi.
Tak terasa bulan Ramadan memasuki satu minggu pamungkas. Bulan yang penuh berkah ini sebentar lagi akan berganti dengan bulan Syawal.
Selama 10 hari Ramadan aktivitas manusia beragam. Ada yang makin rajin beribadah dan melakukan itikaf demi mendapatkan keberkahan malam Lailatul Qadar yang kebaikannya lebih dari 1000 bulan. Ada juga yang sibuk berbelanja kebutuhan lebaran, dan ada juga yang seperti aku, berkonsentrasi untuk melakukan perjalanan panjang berjam-jam mendatang.
Malam Ramadan dimaknai dengan beragam aktivitas oleh umat Islam, dengan tujuan akhir sama untuk mendekatkan diri dan memohon ampunan kepada Sang Pencipta. Bentuk aktivitasnya nya bisa jadi berbeda antara satu sama lain. Ada yang melakukan sholat tarawih, melakukan tadarus Al-Qu'ran, dan adapula yang tetap melakukan kegiatan seperti biasa sambil tetap  beribadah.
Awalnya kupikir pada bulan puasa ini, pekerjaan lebih santai dan aku bisa lebih fokus beribadah. Tapi ternyata beban kerjanya malah cukup berat karena ada pekerjaan yang tenggat waktunya mendekati libur lebaran. Rabu malam pun masih harus lembur. Alhasil baru dua hari jelang liburan aku bernafas lega. Tak apa-apalah Insya Allah masih ada waktu nanti di Malang untuk lebih giat beribadah. Apalagi masjidnya dekat di rumah dan merupakan masjid yang kukenal akrab sejak kanak-kanak.
Malam Ramadan itu khas dan berbeda dengan bulan-bulan biasa
Malam Ramadan itu suka bikin kangen karena suasananya yang khas dan berkesan. Malam Ramadan di satu tempat dengan tempat lainnya juga berbeda. Malam Ramadan yang kurasakan di Malang, Surabaya, dan Jakarta juga tak pernah persis sama. Suasananya juga berbeda dengan yang kualami saat masih anak-anak, remaja, ketika dewasa, juga saat melakukan hubungan jarak jauh dengan pasangan. Â
Apa sih yang bikin beda? Kegiatan-kegiatan selama malam Ramadan itu beragam dan tidak hanya terpusat di pusat peribadatan.
Waktu kecil biasanya sekolah dan masjid dekat rumah mengadakan acara pesantren kilat. Kegiatannya seharian, dari pagi hingga sholat tarawih berjamaah. Saat remaja dan dewasa, aku mencobai beberapa kali ikut kegiatan Nuzulul Qur'an yang merupakan malam peringatan turunnya Al-Qur'an. Kegiatan ini juga berbeda-beda bergantung penyelenggaranya.
Kegiatan Nuzulul Qur'an pertama kualami waktu duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Awalnya kupikir kegiatannya bakal semalaman karena ceritanya tadarusan hingga selesai 30 juz. Bahkan, kupikir berlanjut sampai hari berikutnya, karena menamatkan 1 juz juga perlu waktu. Tapi ternyata ada pembagian ayat, hingga satu siswa tidak sampai satu juz. Tidak sampai pukul sembilan malam kami sudah bisa pulang ke rumah.
Pengalaman berbeda kualami ketika ikut peringatan Nuzulul Qur'an di Masjid Istiqlal. Saat itu pembacaan Al-Qur'an hanya diwakili dua orang dari Arab Saudi dan membaca sebagian ayat dari sebuah surat. Prosesnya ternyata lama dan dilakukan sebelum sholat tarawih. Saat selesai jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.