Hari itu tinggal empat hari lagi lebaran. Para tukang bangunan bersiap untuk pulang ke kampung halaman mereka di Wonogiri. Ini adalah isyarat rumah kami siap ditinggali. Aku menyambut gembira kabar tersebut. Akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan kucing-kucingku tercinta. Aku tidak sabar.
Hadiah lebaran itu adalah rumah
Rumah itu sudah siap kutinggali lagi. Halaman rumahnya masih berantakan. Tapi tak apalah. Lantai kamar dan ruangan lainnya sudah dipel. Sedangkan bagian belakang masih berantakan. Tak apa-apalah. Aku memiliki perasaan seperti mendapat rumah baru.
Ini adalah hadiah lebaran yang berkesan. Memang setiap tahun sejak aku bekerja ada hadiah lebaran berupa kain dari Mama untuk dibuat baju baru. Hadiah itu masih kusimpan. Tapi di antara hadiah-hadiah tersebut, rumah adalah hadiah bagiku yang sungguh berharga.
Rumah ini kami beli dengan susah payah. Aku ingat saat itu kami menguras tabungan hingga menjual seluruh benda berharga yang kami punyai. Rumah ini hasil kerja keras kami. Di sini ada banyak cerita,suka dan duka. Kehadiran Nero dan Mungil melengkapi kisah rumah kami ini.
Kini terhitung sudah enam tahun lima bulan kami menempati rumah ini. Rumah yang menyimpan banyak cerita dan kehangatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H