Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Kisah-Kisah Tradisi Ramadan Masa Kecil

3 Juni 2018   09:00 Diperbarui: 3 Juni 2018   11:56 1419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebelum berpuasa biasanya kami berkirim apem (sumber: kompas/achmad faizal)

Yup mulailah tradisi berikutnya. Kali ini kegiatan yang kami tidak sukai. Apalagi kalau bukan mengelap kaca.

Ibu selalu ingin kaca jendelanya cemerlang. Naas bagi anak-anaknya, rumah kami banyak menggunakan kaca bukan hanya jendela namun juga pintu-pintunya. Di loteng juga banyak yang menggunakan kaca. Alhasil kami bertiga pun kerja keras membersihkan kaca. Ibu kemudian inspeksi hasil kerja kami. Jika jendela masih buthek alias belum cemerlang, maka kami harus mengulang pekerjaan.

Kini giliran keponakan yang mengelap kaca (dokpri)
Kini giliran keponakan yang mengelap kaca (dokpri)
Rumah sudah rapi dan jendela kaca sudah cling. Waktunya menata kue dan memecah celengan. Dua-duanya favoritku. Aku suka menata kue pan-panan dan permen dalam toples-toples juga wadah berputar favorit Ibu. Aku juga diperbolehkan menyantap remahannya.

Biasanya nenek juga memintaku menata toples miliknya. Alhasil aku juga bisa mencicipi kue-kue milik nenek.

Setelah itu, ayah akan mengumpulkan kami. Ia akan memulai tradisi memecah  celengan jagonya. Ketika celengan gerabah itu pecah maka kami berlomba mengumpulkan duitnya. Kami menghitung duit itu dengan semangat dan berdebar-debar apakah ayah akan membagikan uang itu ke kami atau tidak.

Asyik waktunya memecah celengan (dokpri)
Asyik waktunya memecah celengan (dokpri)
Tradisi berikutnya adalah keramas. Ini juga trial and error. Jika lebarannya ternyata lusa maka kami harus keramas dua kali. Tapi, beberapa kali malah lebaran di tempat kami tidak sesuai dengan prediksi yakni malah maju sehari. Ibu pun sedih kami tidak keramas dulu sebelumnya.

Tradisi seperti keramas, ater-ater, menata kue dan mengelap kaca masih berlangsung hingga kini di rumah Malang. Kini yang melakukan pekerjaan mengelap kaca adalah para keponakan kami. Sedangkan makanan ater-ater masa kini adalah hasil memesan. Ibu tidak punya teman untuk membantunya memasak, jadinya pakai cara yang praktis yaitu tinggal pesan.

Itu tradisi masa kecil yang kuingat. Bagaimana dengan tradisi Ramadan Kawan-kawan Kompasianer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun