Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Es Degan, Kolak Pisang, Atau Biji Salak, Mana Menu Takjil Favoritmu?

17 Mei 2018   18:49 Diperbarui: 17 Mei 2018   19:16 1643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Akhirnya es degan kupilih untuk takjil. Buburnya nanti aja selepas tarawih (dokpri)

Pada bulan Ramadhan salah satu aktivitas yang seru adalah berburu takjil favorit. Oleh karena perut kosong semua makanan yang dijajakan tersebut nampak menggoda selera. Mau es degan, bubur sumsum, sop buah, kolak pisang, atau biji salak, semuanya boleh disantap. Asal tak semuanya disikat karena sekedar lapar mata.

Setiap orang tentunya punya menu takjil favorit. Iseng-iseng aku mendata kawan-kawanku. Tiga temanku semuanya punya selera berbeda. Ada yang sudah puas dengan gorengan. Ada pula yang memilih biji salak yaitu sejenis kolak dengan isian bola-bola terbuat dari ubi. Kawanku satunya memilih sop buah, alasannya segar dan manis.

Aku sendiri punya banyak menu favorit untuk takjil, mulai dari es campur, es degan, sop buah, cendol, petulo dan serabi, bubur campur, bubur sumsum, bubuk kacang hijau, es podeng, hingga aneka jenis kolak, seperti kolak pisang, kolak labu kuning, kolak singkong dan ubi,atau kolak pisang plus kolang-kaling. Wah banyak juga ya. Namun jika ditanya yang paling kusukai tentunya adalah kolak pisang. Potongan pisang yang manis berada di lautan santan yang gurih dengan gula merah yang legit. Enakkkk...mau dingin atau hangat, dua-duanya enak.

Kawanku gemar sop buah karena segar dan manis (dokpri)
Kawanku gemar sop buah karena segar dan manis (dokpri)
Biasanya aku membuat sendiri menu takjil sederhana seperti kolak pisang dan agar-agar. Namun kadang-kadang aku tak bisa menolak keinginan untuk berburu menu takjil. Lumayan sambil ngabuburit menghabiskan waktu menunggu berbuka, mata terpuaskan dengan melihat tampilan menu-menu takjil tersebut yang lucu-lucu menggoda.

Biasanya aku dan pasangan berburu menu takjil dengan bermotor berdua saat akhir pekan. Kami melihat-lihat makanan tersebut dari stan makanan yang dekat rumah hingga di belakang Grha Cijantung. Wuihh jika akhir pekan ada banyak penjual makanan dadakan. Hampir di tiap ruas jalan ada saja yang menawarkan menu takjil. Harganya bervariasi antara Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu.

Jika sedang di Malang, kami suka melihat-lihat penjaja makanan di bilangan jalan Soekarno Hatta. Pilihannya begitu beragam sehingga malah bikin bingung untuk memutuskan mana yang ingin dibeli. Dari minuman dingin hingga makanan beratnya semua tersedia. Jangan terlalu sore menuju ke sananya karena bisa-bisa malah macet lokal dan antri panjang.

Hari Pertama Penjualnya Belum Banyak

Asyiknya puasa hari pertama bisa pulang kantor lebih cepat dari waktu pulang biasanya. Yup aku hari ini tak ingin berlama-lama dalam urusan pekerjaan. Aku ingin menikmati suasana Ramadhan.

Aku pun kemudian sengaja turun dari ojek di jalan utama sebelum menuju lokasi tempat tinggal. Waktunya berburu takjil.

Eits kok kebanyakan penjualnya adalah pedagang tetap ya. Ada sop buah plus aneka jus, mendoan, martabak, gorengan, dan es oyen. Aku pun melangkah lebih jauh. Dan akhirnya menemukan penjual es kelapa muda dan es coctail. Aku memilih es kelapa muda. Aku membelinya sebungkus. Aku terkejut ketika penjualnya berkata harga perbungkusnya Rp 10 ribu. 

Kok kebanyakan penjual tetap apa gara-gara baru hari pertama? (dokpri)
Kok kebanyakan penjual tetap apa gara-gara baru hari pertama? (dokpri)
 Wah kok mahal? Ia berdalih itu isinya satu kelapa murni. Oke deh, aku ingin menyantap es kelapa muda. Satu bungkus rasanya cukup untul berdua.

Es kelapa muda sebungkusnya Rp 10 ribu(dokpri)
Es kelapa muda sebungkusnya Rp 10 ribu(dokpri)
Aku kemudian menemukan lapak yang menjual beragam makanan seperti gorengan, asinan, biji salak, dan bubur sumsum. Aku mencari-cari kolak pisang, sayangnya tidak ada. Aku pun harus puas dengan satu buah bubur sumsum. Harganya Rp 5 ribu.

Ayo pilih-pilih (dokpri)
Ayo pilih-pilih (dokpri)
Lain kali beli lopis ah (dokpri)
Lain kali beli lopis ah (dokpri)
Rasanya es degan dan bubur sumsum untuk hari ini sudah cukup. Aku bisa menyantapnya berdua. Jika makin banyak menu yang kubeli, kuatirnya itu sekedar lapar mata dan belum tentu makanan yang dijual itu enak.

Waktu berbuka pun tiba. Aku lebih tertarik dengan es kelapa muda. Memang ternyata air kelapanya murni. Tidak manis. Aku mengambil daging kelapa mudanya. Eh agak keras. Makanya disebut es kelapa muda bukan es degan hehehe.

Mana yang kusantap duluan, bubur atau es degan ya? (Dokpri)
Mana yang kusantap duluan, bubur atau es degan ya? (Dokpri)
Bubur sumsumnya masih utuh. Nanti kusantap setelah sholat tarawih. Setelah sholat Maghrib aku hanya ingin makan berat secukupnya. Jika kekenyangan malah bikin mata cepat berat.

Puasa hari ini berhasil kulewati. Hemmm besok menu takjilnya bikin sendiri atau beli ya? Kalau pasangan bawa pisang mending aku bikin kolak pisangnya sendiri.

Akhirnya es degan kupilih untuk takjil. Buburnya nanti aja selepas tarawih (dokpri)
Akhirnya es degan kupilih untuk takjil. Buburnya nanti aja selepas tarawih (dokpri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun