Seorang suster berkata kepada Tantri, ia beruntung menjadi kembar pengantin, kembar laki-laki dan perempuan. Ia dan Tantra akan saling melengkapi dan membutuhkan. Namun, suster tersebut sebenarnya tidak tahu perasaan Tantri saat itu. Ia sangat sedih saudara kembarnya harus masuk rumah sakit. Ia merasa kesepian.
Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) tidak tahu penyebab Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena) harus dirawat. Yang ia tahu sebelumnya diam-diam Tantra mengambil telur sesaji dan meminta Tantri menggorengnya menjadi telur ceplok. Tantri telah memeringatkannya, khawatir Ibunya (Ayu Laksmi) marah, tetapi Tantra hanya tertawa.
Sejak itu Tantri dan ibunya harus sering bermalam ke rumah sakit. Tantri sering tidak bisa tidur. Jika siang harinya ia enggan masuk kamar inap Tantra, tapi saat malam ia suka mengobrol dengannya, apalagi saat malam bulan purnama. Keduanya punya cerita tersendiri. Ibunya diam-diam tahu kedua anaknya menyimpan rahasia.
Tantri makin sedih ketika melihat saudara kembarnya makin lemah. Ia melakukan berbagai cara agar saudara kembarnya seperti dulu. Ia juga berharap agar sakit Tantra juga dirasakannya, agar Tantra tak sendirian menderita.
Film yang meraih berbagai penghargaan internasional tersebut akhirnya tampil di rumahnya sendiri. Sekala Niskala (The Seen and Unseen) yang disutradarai Kamila Andini ini telah tampil di berbagai festival film mancanegara bergengsi seperti Toronto International Film Festival, Jogja NETPAC Asian Film Festival, Busan International Film Festival.Â
Film ini juga berhasil meraih penghargaan film terbaik di Jogja NETPAC Asian Film Festival, film terbaik Asia Pacific Screen Awards 2017 untuk kategori film remaja, film terbaik Tokyo FILMeX dan film terbaik Festival Film Internasional Berlinale 2018 untuk kategori Generation Kplus International Jury. Film ini makin menguatkan potensi Kamila Andini sebagai sineas perempuan berbakat. Kamila sebelumnya terlibat dalam The Mirror Never Lies.
Film ini menarik perhatianku sejak membaca sinopsis singkatnya. Anak kembar laki-laki dan perempuan memang punya mitos tersendiri yang menarik. Mereka kerap disebut memiliki ikatan emosi yang kuat. Jika satu sedang merasa sedih atau sakit, maka saudara kembarnya bisa merasakannya. Keduanya disebut akan saling melengkapi dan akan kesulitan jika dipisahkan.
Spoiler Alert!
Selain menggambarkan kedekatan emosional si kembar pengantin, film ini juga lekat dengan simbol-simbol dan tradisi masyarakat Bali. Menyiapkan sesaji dengan benar menjadi salah satu kegiatan yang harus dikuasai oleh anak perempuan sejak dini. Jika tidak dilakukan dengan tepat bisa jadi ruh leluhur akan marah.
Peran telur juga penting dalam sesaji atau ubarampe. Telur bisa bermakna awal mula kehidupan, sisi yang berlawanan, siang dan malam. Telur ini memberikan peran dalam film ini, sehingga adegan ketika Tantri mengupas telur rebus dan tidak menemukan kuning telur terasa begitu emosional.