Aku mengatur nafas usai mengikuti gerakan tarian yang ditampilkan boyband asal Korea Selatan. Sebenarnya aku kurang suka akan lagunya dan tidak tahu-menahu akan nama boyband-nya, tapi gerakan yang ditampilkan tiap personel menghipnotisku untuk mengikutinya. Tak terasa keringatku mulai bercucuran.
Sekarang jika tidak ada jadwal ke klien atau ke Salemba aku menjadikan pukul 06.30 waktu favoritku. Pada jam-jam tersebut biasanya pasangan sudah berangkat kerja dan aku sudah menyelesaikan tugas harianku membersihkan rumah. Waktunya menyalakan teve dan memilih saluran teve yang memutar video klip dengan lagu-lagu yang energik.
Aku pun meniru gerakan tarian yang ditampilkan di video klip tersebut. Ternyata lumayan susah dan menguras tenaga. Kalau di teve penyanyinya nampak santai dan melakukannya tanpa susah payah. Sebaliknya, aku sudah kedodoran dan sibuk mengatur nafas. Wah jangan-jangan faktor usia nih.
Menari diiringi musik yang nge-beat itu menyenangkan. Biasanya favoritku adalah lagu-lagu cadas. Percayalah lagu-lagu seperti milik Slipknot, Blink 182, Green Day, dan I'll Nino itu asyik untuk menari. Menari apa saja yang penting bergerak, mungkin gabungan aerobik, zumba, dan tarian hip hop.
Minatku untuk berolah raga dalam wujud menari itu semakin terdorong ketika film Step Up hadir, terutama film Step Up 2 dan Step Up 5: All In. Gerakan tarian dalam film Step Up 2dan 5itu benar-benar seru, membuat yang menonton ingin mengikutinya. Gaya tarian Moose dan Andie menarik dan dulu aku sampai ingin mengikuti kursus tarian hip hop. Gara-gara film tentang street dance tersebut setiap aku mendengar musik cadas, electronic dance music (EDM) ataupun musik R & B, aku jadi ingin bergerak. Saat ini favoritku Duo Lipa dengan New Rules dan Dipha Barus featuring Kalulla dengan No One Can Stop Us.
Dalam sehari biasanya aku hanya menari selama 30 menit. Meskipun terhitung hanya sebentar, keringat mengalir cukup banyak dan badan sudah menghangat. Setelah cukup beristirahat, aku pun membersihkan badan, sarapan dan kemudian berangkat kerja.
Investasikan 30 Menitmu untuk Berolah Raga
Dari 24 jam yang dimiliki setiap orang dalam sehari, seseorang cukup 30 menit bergerak untuk masa depan yang lebih baik. Pada saat mengikuti acara bekerja dengan Kementerian Kesehatan pada bulan Februari silam, Kartini Rustandi dari Direktorat Kesehatan Kerja dan Olah raga, Kemenkes mengingatkan pentingnya untuk  aktif bergerak agar kami tetap bugar sekaligus mencegah penyakit denegeratif.Â
Mengapa seseorang perlu bergerak selama minimal 30 menit perhari?
Tubuh rupanya tidak hanya perlu nutrisi yang sehat, istirahat yang cukup, dan memeriksa kesehatan secara berkala, melainkan juga olah raga yang teratur. Dengan berlatih fisik setiap hari maka akan banyak manfaat yang diraih, reflek tubuh dan daya tahan tubuh akan meningkat, tubuh akan terasa lebih rileks dan suasana hati akan gembira karena saat berolah raga tubuh mengeluarkan hormon endorfin. Dengan berolah raga secara teratur maka ia akan sehat dan bugar. Saat tubuh seseorang bugar maka ia akan lebih produktif. Selain itu, dengan rajin berolah raga maka risiko penyakit degeneratif seperti hipertensi, stroke, dan diabetes akan menurun.
Hemmm iya sih hanya 30 menit, tapi rasanya sangat berat untuk memulai berolah raga secara teratur. Aku juga masih kurang konsisten melakukannya. Kesibukan kerap kujadikan sebagai salah satu alasan. Akan tetapi memang ada bedanya ketika aktif berolah raga dan ketika mulai jarang melakukannya. Saat aktif berolah raga, tubuh jadi tidak mudah lelah, energi lebih positif, dan lebih produktif.
Bergerak 30 menit merupakan salah satu anjuran dalam program Germas yang diinisiasi oleh Kemenkes. Germas singkatan dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat, yang bertujuan agar masyarakat berperilaku sehat sehingga kesehatan terjaga, lingkungan bersih, biaya berobat berkurang, dan masyarakat lebih produktif.
Geliga Membantu Berolah Raga dan Beraktivitas Bebas Pegal
Saat ini olah raga seperti lari menjadi sebuah tren di kalangan masyarakat urban. Aku sendiri juga sesekali melakukannya, meski frekuensinya masih lebih sering senam aerobik plus menari dengan gayaku. Nah, yang membikin kesal pada saat berolah raga itu ketika punggung terasa pegal atau kaki kemudian kram.
Memang sih itu sebenarnya kesalahanku sendiri karena kurang pemanasan atau malah tidak melakukan pemanasan sama sekali  juga kurang benar saat melakukannya. Jika sudah lama tidak pernah berlari, biasanya keesokan harinya punggung dan kaki terasa pegal bukan main atau yang biasa disebut njarem dalam bahasa Jawa. Nyerinya itu bisa beberapa hari Tapi jika kemudian melakukannya secara rutin maka pegal dan nyeri itu hilang dengan sendirinya. Meskipun proses njarem itu hanya 2-3 hari, tapi rasanya agak menyakitkan dan bikin malas bergerak.
Pada acara Kompasiana Nangkring bersama Geliga Krim, Rabu (4/11) di Hotel Akmani, aku mendapat wawasan lebih banyak tentang cara mengurangi rasa pegal dari narasumber, Ryuji Utomo Prabowo, salah satu pemain timnas. Ia bercerita tentang pengalamannya selama berlatih dan bertanding dimana beberapa kali mengalami cidera dan pegal-pegal. Salah satu cidera yang dialaminya karena kontak fisik membuat harus beristirahat selama tiga bulan.
Oleh karena sifatnya yang cepat meresap, tidak lengket, panasnya lebih terasa, dan tidak berbekas maka Geliga krim otot ini bisa digunakan untuk membantu meredakan nyeri punggung, persendian, kram, keseleo dan masalah otot lainnya. Ukurannya di pasaran adalah 30 dan 60 gram sehingga mudah dibawa kemana-mana.
Jadi ingat pesan bu Kartika Rustandi, "Kesehatan bukan segalanya, tetapi tanpa kesehatan segalanya bukan apa-apa,".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H