Bank syariah di Indonesia sudah hadir sejak pertengahan tahun 90-an. Meskipun menunjukkan perkembangan yang signifikan dari pertumbuhan nasabah dan aset, namun namanya relatif belum banyak dikenal publik jika dibandingkan bank umum atau bank konvensional.
Masih ada persepsi yang terbangun di masyarakat jika bank syariah hanya dikhususkan kalangan tertentu dan fasilitasnya kalah jauh jika dibandingkan bank umum. Jika sudah menjadi nasabah bank umum yang layanannya komplet, mengapa harus berpindah ke bank syariah?
Suamiku pernah memiliki rekening bank syariah. Tapi kemudian ditutupnya setelah melunasi pinjaman. Punya lebih dari satu rekening itu memberatkan, karena ada biaya bulanan yang harus dibayar. Selain itu ia merasa fasilitas bank umum masih jauh lebih baik, ATM-nya lebih banyak dan mudah digunakan untuk pembayaran terutama saat melakukan transaksi pembayaran di dunia digital
Persepsiku tentang perbankan syariah mulai berubah ketika kawanku yang bekerja di pasar modal bercerita tentang pengalamannya melihat langsung kondisi perbankan syariah di Malaysia. Dia yang seorang non muslim mengaku salut dan kagum dengan kinerja perbankan syariah di sana.
Ia bercerita jika di Malaysia perbankan syariahnya telah tumbuh kuat dan benar-benar menerapkan prinsip-prinsip yang sepatutnya ada di sebuah perbankan syariah. Mereka juga membantu menopang roda ekonomi dan pembangunan di Malaysia.
Di Indonesia sendiri kuperhatikan beberapa tahun terakhir perbankan syariah berupaya mengejar ketertinggalan tersebut. Pertumbuhannya naik dan mereka tahan banting terhadap guncangan krisis ekonomi. Mereka juga berinvestasi teknologi agar fasilitasnya sama bagus, sama modern, dan sama lengkapnya dengan bank umum. Selain itu, mereka juga gencar melakukan road show dan menggelar sosialisasi ke masyarakat dengan gerakan Aku Cinta Keuangan Syariah.
Saat ini perbankan syariah memang semakin tumbuh dengan konsep bagi hasilnya yang dinilai lebih 'adil' dan sebenarnya merupakan kebiasaan masyarakat Indonesia sejak dulu dalam bertani dan berdagang. Beberapa bank syariah juga telah memiliki aplikasi mobile yang memudahkan nasabah melakukan transaksi perbankan dimanapun dan kapanpun.
Jikapun fasilitas dan layanannya sejumlah bank syariah (tidak semua) dianggap masih ' di bawah' kualitas bank umum bermodal besar, hal ini umumnya dikarenakan kualitas dan kuantitas SDM-nya yang masih kurang, juga investasi teknologinya yang memang memerlukan modal besar.
Saya sendiri jika disuruh memilih perbankan maka akan memilih fasilitasnya yang lengkap dan layanannya yang prima. Saya juga akan memilih bank yang mudah dalam melakukan transaksi digital dan jika ada masalah maka cepat terlayani. Untuk saat ini sebagian bank umum terutama bank bermodal besar menurut saya memang lebih unggul dalam layanan dan fasilitas.Â
Namun, jika bank syariah terus fokus untuk menutupi 'kekurangannya', maka energinya akan terkuras. Alangkah baiknya jika bank syariah berkonsentrasi pada keunggulan kompetitifnya. Ia memiliki prinsip bagi hasil dan layanan yang unik dimana juga terbukti 'tahan krisis'. Dengan demikian dalam sosialisasinya masyarakat tidak harus 'diarahkan' untuk mengganti rekening bank umumnya dengan bank syariah, namun bisa untuk saling melengkapi. Perbankan syariah juga bisa menyasar kalangan yang belum memiliki tabungan dimana jumlahnya masih sangat banyak di negara kita, dimana jumlah penabung saat ini masih berkisar di angka 19-20 juta penduduk.
Layanan perbankan syariah yang bisa menjadi keunggulan kompetitif, di antaranya tabungan emas (layanan Cicil Emas iB atau gadai emas) dimana emas merupakan salah satu logam mulia yang nilainya dianggap stabil; fitur tabungan bebas biaya administrasi dan bebas bunga seperti Tabunganku juga akan menarik bagi mereka yang benar-benar bertujuan menabung tanpa 'imbalan'; juga tabungan haji-umrahnya dengan memberikan bonus lebih selain Siskohat Online.