Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengritisi Kondisi Sekeliling Lewat Film

13 Mei 2017   18:32 Diperbarui: 13 Mei 2017   18:32 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paguyuban Filmmaker Jogja di ICD Jogja

Film bukan hanya berfungsi menghibur penonton melainkan juga menyelipkan isu pendidikan atau pesan moral, juga dapat mengritisi suatu kondisi yang sedang terjadi di masyarakat atau di sekeliling tempat tinggal. Ipoenk alias Bambang Kuntara Murti, penggagas dan ketua Paguyuban Filmmaker Jogja menyuarakan pendapatnya tentang kondisi kota Jogja lewat film berjudul Amarta (Gadis dan Air).

Amarta merupakan film bergenre fantasi yang mengangkat isu tentang krisis air di sebuah kota. Film ini berkisah tentang sebuah daerah yang sumber airnya dikuasai oleh pengusaha sehingga mereka malah kekurangan air dan harus membelinya. Mereka berharap Dewi Amarta atau dewi air hadir tapi ia tak kunjung tampil sehingga air semakin krisis. Hingga akhirnya seorang anak perempuan menyampaikan kegelisahannya dan berjuang demi menjaga kelangsungan air di daerah tersebut.

Ketika saya menonton cuplikan film ini di booth Paguyupan Filmmaker Jogja 2017, filmnya memang unik. Film ini dituturkan ala dongeng seperti pertunjukan teater di atas panggung. Make up-nya ala pop art dan ada unsur stop motion-nya. Menurut Ipoenk, gaya penuturan ala dongeng ini memudahkan penonton termasuk penonton anak-anak mencerna filmnya.

Film ini sendiri idenya tidak muluk-muluk. Ia mendapat ide cerita ini dari melihat kondisi di sekitarnya yaitu di Jogja. Ia melihat maraknya pembangunan seperti pemukiman, pusat perbelanjaan dan hotel-hotel di Jogja mengancam kondisi lingkungan di Jogja, terutama persediaan air tanah. Oleh karena minatnya adalah di film maka ia berupaya menyuarakan kegelisahannya itu via film.

Meskipun berasal dari filmmaker daerah, film Amarta ini berhasil menarik perhatian kalangan pecinta film nasional dan dari mancanegara. Film berdurasi 19 menit ini mendapatkan penghargaan di ajang Apresiasi Film Indonesia 2016 pada kategori anak. Film pendek ini juga mendapat pujian dari sineas mancanegara dengan ditampilkan ke berbagai film internasional. Salah satunya adalah International Children's Festival Film di India dimana festival film ini menayangkan film khusus tentang anak-anak. Amarta juga mendapat kesempatan tampil di Los Angeles Indonesia Film Festival 2016.

Menurut Ipoenk yang tertarik sebagai sineas film sejak 25 tahun silam, setiap orang dapat membuat film termasuk mereka yang tinggal di daerah. Yang terpenting adalah mencintai kegiatan tersebut, ada motivasi, mau belajar dan terus belajar. Cara belajar bisa dengan merekam peristiwa yang dekat dengan mereka, baik dengan kamera profesional maupun dengan kamera ponsel.

Selain Amarta (Gadis dan Air) ia mencontohkan film fiksinya berjudul Ayo Main! yang menceritakan seorang anak yang kecanduan game. Ia terinspirasi membuat film pendek ini setelah melihat anak-anak yang lebih suka bermain video game daripada bermain dengan permainan tradisional atau permainan anak-anak yang mengolah fisik di luar.

Saat ini sineas film memang tidak terbatas dari ibukota, banyak sineas film dari daerah yang juga berprestasi. Ia menyebutkan film berjudul Siti yang meraih banyak prestasi di kancah nasional dan internasional dimana juga dibuat oleh anggota Paguyuban Filmmaker Jogja.

Ipoenk hingga saat ini telah membuat berbagai film seperti Love Paper (2013), Memulai Kembali (2013), Amarta (2015) dan Ayo Main (2017). Dua filmnya, Amarta dan Ayo Main mengangkat tentang anak-anak, namun ia enggan jika hanya berfokus pada film anak. Ia menyebutnya menyukai genre fantasi yang ruang lingkupnya luas dan bisa ditampilkan dalam bentuk animasi ataupun live action. Filmnya berjudul Love Paper merupakan film animasi yang juga meraih prestasi seperti filmnya yang live action yaitu nominasi piala Citra untuk Film Animasi Terbaik dan nominasi Piala Maya untuk Film Animasi Terpilih.

Meskipun filmnya sudah mendulang berbagai prestasi, ia terus mengasah kemampuan sebagai sutradara dan sineas film lainnya seperti kru artistik di produksi film. Ia juga mengajak warga Jogja untuk belajar membuat film seperti membuat skenario film, cara editing film, cara membuat proposal hibah pembuatan film dan sebagainya bersama komunitas Paguyuban Filmmaker Jogja yang dipimpinnya.

Tertarik untuk belajar atau diskusi film? Kalian bisa datang langsung ke booth Paguyuban Filmmaker Jogja di Indonesia Community Day di Pasar Ngasem hari ini, Sabtu (13/5) atau bergabung langsung ke komunitas tersebut bagi Kalian, filmmaker Jogja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun