“Segala yang berawal pasti memiliki akhir”
Sudah satu dekade bumi terancam oleh teror T-Virus yang membuat manusia berubah menjadi zombie. Alice (Milla Jovovich) juga merasa hidupnya hanya digunakan untuk bertahan hidup, mengejar atau dikejar zombie ataupun pasukan yang bekerja sama dengan perusahaan pembuat virus dan senjata biologis, Umbrella. Kini ia merasa sudah waktunya untuk menyelesaikan mimpi buruk tersebut. Yang berawal pasti juga berakhir. Ia pun kembali ke Raccoon City, tempat di mana virus tersebut menyebar.
Setelah tiga minggu pasca kejadian di film sebelumnya, “Resident Evil: Retribution (2012)”, kondisi Washington hancur lebur. Tidak terlihat manusia satupun, kawan-kawan Alice termasuk Albert Wesker (Shawn Roberts), yang mengkhianatinya, juga tidak nampak. Di sana-sini masih ada zombie dan makhluk hidup lainnya yang terinfeksi virus.
Kesepian dan juga marah karena dikhianati, Alice pun menuju tempat riset Umbrella Corporation. Ia kembali bertemu dengan Dr. Alexander Isaacs (Iain Glen), salah satu petinggi dan pemegang saham Umbrella Corp. yang sebelumnya ia duga telah tewas. Ia mendapatkan kawan-kawan baru yang mendukungnya, bertemu dengan sahabat lamanya dari sekuel sebelumnya, dan mendapat dukungan yang tidak disangka-sangka dari salah satu kubu musuh. Alice tidak bisa mundur lagi, menyerang basecamp musuh atau diserbu pasukan musuh yang kali ini mengerahkan pasukan zombie dan makhluk mutan hasil eksperimen sebagai senjata biologis.
Setelah limabelas tahun akhirnya Resident Evil pun berakhir. Film ”Resident Evil The Final Chapter” ini merupakan film keenam dari Alice saga yang merupakan adaptasi dari video game yang dibuat oleh Capcom Co. yang juga terkenal dengan video game “Street Fighter”-nya.
Oleh karena memiliki kakak dan juga pasangan yang maniak game, saya tidak asing dengan video game dan juga animasi dari film Resident Evil. Sejauh ini filmnya meskipun tidak persis sama dengan yang ada di games-nya, tetap menarik diikuti, apalagi para karakter favorit di games juga diboyong di versi live action-nya seperti Claire Redfield, Leon S. Kennedy, Ada Wong, dan Jill Valentine. Lagu soundtrack-nya juga biasanya asyik dinikmati, seperti “Vermillion” yang dibawakan Slipknot untuk soundtrack“Resident Evil: Apocalypse (2004)”. Intinya, Resident Evil universe memiliki daya tarik tersendiri bagi fansnya.
Paragraf berikut mengandung spoiller.
Sebelum menonton film ini saya memiliki ekspektasi tinggi terhadap film ini, dari segi eksekusi film dan juga karakter yang hadir di film ini. Oleh karena film pamungkas dari video game populer maka setidaknya karakter favorit yang juga muncul pada film sebelumnya juga hadir, sayangnya tidak dan nasibnya tidak dijelaskan. Ada Wong, si gadis misterius, dan Leon S. Kennedy, yang sering muncul di video game, tidak diceritakan sama sekali. Alice terakhir bertemu dengan kawan-kawannya di film kelima di mana mereka berkumpul di Washington. Melihat kemampuan bertahan hidup Ada dan Leon juga sifat setia kawan Alice, rasanya sulit membayangkan kedua karakter ini tidak dikisahkan. Untungnya masih ada Claire Stenfield (Ali Larter) sebagai penyambung kisah sebelumnya, sebagai kawan lama Alice, selain Albert Wesker yang kembali berpihak ke musuh.
Sisi menarik dari film ini, format filmnya dibuat mirip dengan games-nya, dari unsur jump scare, cara mengukur kemampuan lawan dan menebak responnya, dan tingkatan level musuh, dari tingkat yang masih kroco hingga ke pemimpin besarnya. Seru juga, mengajak penonton seperti sedang bermain video games.
Poin plusnya lagi penonton yang tidak mengikuti film ini dari awal dan bukan pecinta games-nya bisa mengikutinya dengan baik. Oleh karena pada awal film dijelaskan asal mula dari malapetaka ini. Oh ya ada beberapa twist yang menarik, termasuk latar belakang dari si Red Queen. Soundtrack film ini juga asyik dinikmati seperti “Collider” yang dibawakan X Ambassadors featuring Tom Morello.