Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Napak Tilas Film Indonesia 2016 dari Sisi Awam

4 Januari 2017   09:12 Diperbarui: 4 Januari 2017   10:39 605
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film produksi daerah Uang Panai juga membuat penonton tertarik meski tanpa bintang besar (dok. bintang.com)

Film produksi daerah Uang Panai juga membuat penonton tertarik meski tanpa bintang besar (dok. bintang.com)
Film produksi daerah Uang Panai juga membuat penonton tertarik meski tanpa bintang besar (dok. bintang.com)
Pada tahun 2016 genre action juga mulai bertambah dengan adanya Headshot yang kembali menampilkan bintang The Raid seperti Iko Uwais, Very Tri Yulisman dan Julie Estelle; The Professionals yang ala-ala Ocean Eleven; Iseng yang memiliki puzzle, dan Spy in Love yang menampilkan bumbu spionase. Di antara film-film tersebut saya paling menyukai Iseng di mana setiap adegan ibarat kepingan puzzle yang kemudian berakhir dengan siapa pembunuh dalam film tersebut. Yayan Ruhian berperan sebagai sopir sekaligus otak di balik pembunuhan, sebuah karakter yang berbeda dengan yang umumnya dimainkan oleh Yayan.
Film Iseng yang memiliki kepingan misteri (dok.liputan enam)
Film Iseng yang memiliki kepingan misteri (dok.liputan enam)
Pada tahun 2016 juga hadir genre lain seperti disaster-movie dengan Bangkit. Film tentang banjir Jakarta ini menggunakan CGI meskipun masih kurang rapi.

Ada juga isu tentang restorasi film pada tahun 2016. Film yang berhasil direstorasi dan ditayangkan adalahTiga Dara yang ternyata tetap asyik ditonton hingga kini. Filmnya sungguh kocak. Mudah-mudahan semakin banyak yang menyusul Jam Tengah Malam dan Tiga Dara.

Bahasan berikutnya adalah tentang peranan idola dalam menyedot animo penonton. Dulu idola tak jauh-jauh dari Nicholas Saputra, Dian Sastro sehingga produser film menjadikan mereka sebagai magnet. Akan tetapi sekarang idola bergeser menjadi artis remaja yang populer dari sinetron. Waktu itu saya juga sempat menangkap fenomena ini dengan menulis tahunnya eksodus bintang sinetron ke layar lebar. Beberapa di antaranya memang berhasil dan karena basis fans yang kuat ini maka film I Love You from 38.000 Feet dan London Love Story laris manis.

London Love Story disukai karena dibintangi sosok idola remaja (dok. Cinemags)
London Love Story disukai karena dibintangi sosok idola remaja (dok. Cinemags)
Fans yang kuat juga dijaga baik-baik oleh komika seperti Raditya Dika. Meskipun filmnya banyak dikritik tapi terbukti dua filmnya menembus angka satu juta penonton.

Dari kesimpulan saya, tahun 2016 perfilman menunjukkan harapan dengan jumlah penonton yang meningkat dan genre yang makin beragam. Sisi ketertarikan penonton akan sebuah film bukan hanya karena kualitas film, tapi juga keterikatan dengan idola.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun