Sensei Fahmy, demikian kami memanggilnya. Rata-rata pesertanya sebaya, hanya beberapa yang telah lanjut usia. Mereka sama seperti saya, penasaran dengan apa yang latihan yang disebut women self defense. Intinya sebagai perempuan perlu belajar cara mempertahankan diri.
Setelah pemanasan mulailah kami diajarkan beberapa gerakan. Gerakan ini nampak sederhana namun efektif melumpuhkan serangan. Kami kemudian menghafal gerakan dan berpraktik secara berpasangan.
Setiap minggu ada gerakan baru. Agar tidak lupa, pelajaran minggu lalu diulang dan dipraktikkan. Kami belajar menangkis aksi pencopetan, jambret hingga bagaimana menghadapi aksi pelecehan dengan menggunakan gerakan tangan, kaki juga 'senjata' seperti pensil dan berbagai barang yang umumnya dibawa kaum perempuan.
Suatu Sabtu pagi kami kedatangan tamu dari sebuah perguruan yang berprinsip latihan fisik secara berat dan disiplin adalah kunci dari pertahanan. Melihat cara berlatih kami, mereka seolah meremehkan dan kemudian unjuk gigi kekuatan mereka. Tendangan dan pukulan mereka memang keras dan bisa melumpuhkan mangsa. Setelah itu mereka meminta kami berlatih fisik secara keras ala mereka.
Setelah 'perguruan' tersebut pergi baru kami bercerita kesan-kesan kami akan latihan tersebut. Sebagian besar lebih menyukai latihan yang biasa kami lakukan karena lebih menyenangkan dan tidak membuat kami terbeban.
Saya sedih ketika latihan tersebut usai karena materi semuanya telah diberikan. Ada buku yang kemudian ditulis berdasarkan latihan-latihan tersebut yang kemudian menjadi kenangan berkesan.
Daripada senam, saya lebih suka berlari, olah raga favorit saya sejak dulu. Berlari sendiri dengan iringan musik hingga dada mulai terasa sesak. Dulu tempat favorit dan paling berkesan adalah perumahan dekat kosan yang memiliki parit lebar. Sekitar pukul 5 pagi biasanya saya berlari dimana saat itu masih agak gelap dan cahaya lampu membuat air di parit menjadi berkilauan. Ketika matahari mulai terbit panoramanya begitu indah. Tapi saat ini berlari dekat rumah kurang menyenangkan karena track-nya kurang panjang, kecuali lari di dekat markas Kopassus yang rindang dan banyak temannya.
Ada satu lagi olah raga yang asyik dan menyenangkan yaitu menari. Saya tidak bisa menari tradisional selain tari saman karena gerakan saya kata teman-teman cenderung kaku seperti ranting pohon hahaha. Meski nampak sederhana tari Saman ini perlu konsentrasi dan kekompakan sehingga cukup membuat berkeringat.
Sejak kenal hip hop dan tari kontemporer, saya menyukai pertunjukan dan film-film bertema tarian seperti pertunjukan hip hop yang dulu dihelat tiap tahun oleh Kedutaan Perancis dan pertunjukan tari kontemporer di Taman Ismail Marzuki. Film seperti Step Up dan So You Think You Can Dance juga rajin saya tonton dan beberapa di antaranya saya coba tiru gerakannya.