Selasa  (28/2) hari yang cukup melelahkan tapi juga mengasyikkan selama mengikuti acara Jelajah Click. Ada banyak hal wawasan dan pengalaman yang saya dan teman-teman peroleh dari Tanjung Priok. Jika kemarin saya menulis tentang kapal Pelni yang sedang berlabuh di Tanjung Priok, maka kini saya mengulas tentang stasiunnya.
Hari Selasa lalu Jakarta begitu cerah. Kompasianer Arum Sato sudah mengingatkan saya untuk bergegas naik kereta menuju Stasiun Jakarta Kota. Eh tak dinyana kami bertemu di Stasiun Tanjung Barat.
Siang hari itu gerbong padat penumpang, tapi di Cikini akhirnya kami berdua mendapat tempat duduk. Lumayan menghemat energi. Sekitar pukul 13:45 kami pun sudah tiba di Stasiun Jakarta Kota dan mencari-cari peserta lainnya.
Saat ini Stasiun Jakarta Kota memang nampak lebih rapi dan bersih. Ada berbagai tempat makan, tempat charging, mushola, toilet, minimarket, dan posko kesehatan. Sayang waktu itu poskonya kosong melompong.
Stasiun ini selesai dibangun pada tahun 1929. Nuansa heritage-nya terlihat dari interiornya yang masih kokoh dipertahankan.
Penumpang rangkaian kereta menuju Tanjung Priok ini belum banyak sehingga kami bisa duduk lega. Dari jendela, saya melihat perkampungan kumuh menuju Kampung Bandan, perhentian selanjutnya di Stasiun Ancol dan terakhir di Priok. Tidak sampai 15 menit, rute yang termasuk pendek namun sekaligus strategis karena melewati Ancol yang merupakan tempat wisata.
Dari petugas bernama Ita Dawita dan Suyanto kami bercakap-cakap dan bercanda. Stasiun ini sempat vakum dan hanya melayani kereta barang. Setelah direvitalisasi baru kemudian dibuka kembali untuk rute Jakarta Kota-Tanjung Priok. Â Sebelumnya stasiun ini juga sempat melayani kereta ekonomi tujuan Purwakarta tapi kemudian dipindahkan ke Senen.