[caption caption="Wallpaper Attack on Titan (sumber: http://attackontitanthemovie.com)"][/caption]
Meskipun saya memberi ulasan kurang bagus untuk film Attack on Titan versi live action Part I (ulasan di sini), saya tetap merasa penasaran bagaimana si sutradara film menuntaskan film ini. Apalagi saya sudah menonton animenya (ulasan di sini) sehingga saya penasaran apakah filmnya tetap memilih cerita berbeda dengan versi animenya. Jawabannya mengejutkan.
Pada film pertama dikisahkan jika desa Eren Jaeger yang dikelilingi dinding tinggi tiba-tiba diserang oleh para raksasa yang beringas. Ribuan korban berjatuhan, desa menjadi sungai darah. Penduduk pun mengungsi di balik benteng lapis berikutnya.
Ketika menjadi sukarelawan, Eren kembali bertemu dengan sahabatnya, Armin Arlert, dan kekasihnya, Mikasa Ackerman. Eren begitu terkejut karena mengira Mikasa telah tewas. Mikasa berubah menjadi gadis yang penyendiri dan pemurung juga menjauhi Eren. Ia masih menyimpan kekecewaan karena mengira Eren meninggalkannya saat ia diburu raksasa.
Pada serbuan para raksasa berikutnya ada banyak sukarelawan yang menjadi korban. Armin yang hampir disantap raksasa ditolong Eren dimana ia masuk ke dalam tubuh raksasa dan malah bertransformasi menjadi raksasa. Raksasa Eren ini sangat tangguh dan dapat mengalahkan raksasa lainnya.
Cerita part II diawali dengan penghakiman Eren oleh komandan pasukan tertinggi, Jenderal Kubal. Ia kuatir posisi Eren akan merugikan pasukan dan bangsa manusia. Saat Eren akan dihukum mati tiba-tiba ia diculik raksasa yang fisiknya mirip dengan raksasa versi Eren.
Saat tersadar Eren terkurung di sebuah bangunan. Di situ Kapten Shikishima menjelaskan awal mula raksasa, misteri lenyapnya kedua orang tua Eren, juga rahasia kekuatan Eren yang bisa bertransformasi menjadi raksasa. Ia lalu meminta Eren berpihak kepadanya untuk menjalankan misi khusus yang bertentangan dengan misi Armin cs. Eren ragu memilih sementara ancaman raksasa terus berdatangan.
Bagi yang sudah menonton animenya tentu bakal cukup terkejut menyadari perubahan cerita yang sangat signifikan. Poin penting dalam Attack on Titan pun bergeser sehingga saya menduga-duga apakah si sutradara benar-benar menuntaskan Attack on Titan ini dalam dua bagian film atau masih menyimpan sesuatu untuk dibuat sekuelnya.
Ending-nya sendiri masih agak menggantung tapi perubahannya sangat besar dari versi animenya sehingga jika dilanjutkan pun maka si penulis naskah tentu harus berpikir ekstra agar konsisten dengan film pendahulunya.
Saya coba posisikan sebagai penonton awam seperti saat menonton bagian awalnya. Saat itu ada banyak pertanyaan bersileweran di sana sini tentang riwayat raksasa dan penduduk lainnya selain di pulau tersebut. Kalau merujuk dari bagian pertama, maka bagian kedua ini menjawab pertanyaan tersebut, cuma belum tuntas, masih menyimpan tanda tanya.
Dari segi cerita memang Attack on Titan Part II masih kedodoran. Tapi yang membuat saya salut sutradara dan penulis naskah film berani membuat kisah alternatif yang tentunya bakal menjadi santapan empuk hujatan para penggemar fanatik Eren cs.
