Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anda Baru Tahu Seberapa Banyak Barangmu Saat Pindah

13 Oktober 2015   15:54 Diperbarui: 13 Oktober 2015   16:04 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Anda Baru Paham Banyaknya Barang Saat Mau Pindah (sumber gambar: cartoonstock.com)"][/caption]Sudah sepuluh kardus yang sarat dengan barang, rupanya masih banyak benda-benda di lemari dan yang terserak. Wah saya baru sadar alangkah banyaknya barang milik kami berdua saat jelang pindahan.

Saat itu kami baru setahun menikah. Dalam setahun pernikahan, sudah tiga kali kami berpindah tempat tinggal. Dari kosan ke rumah kontrakan, kemudian berpindah ke rumah kontrakan lainnya gara-gara rumah tersebut hendak ditinggali pemiliknya. Dan ketiga, mudah-mudahan yang terakhir, kami mendapatkan rumah mungil di Jakarta Timur yang kali ini tidak lagi dipusingkan dengan tarif sewa yang naik.

Berpindah tempat tinggal itu ada sisi menyenangkannya tapi sisi repotnya juga besar, terutama memindahkan barang. Saat masih tinggal di kosan berpindah ke kontrakan, kami perlu mondar-mandir sembilan kali dengan bajai.

Untungnya kontrakan tak jauh dari kosan sehingga cukup dengan Rp 50 ribu dan makan siang, abang bajainya tak keberatan bajainya dibuat mondar-mandiri angkut barang. Mungkin abang bajainya puyeng juga melintasi rute yang sama seperti pembalap F1. 

Saya bagian memindahkan barang dari kamar kos di loteng ke teras yang kemudian diangkut suami. Eh rupanya ada juga oknum di jalan yang mengawasi proses ini. Payung dan beberapa barang raib di sela-sela pemindahan barang ini.

Kabar tak.menyenangkan berasal dari induk semang yang berkata ia mendapat masalah sehingga rumah kontrakan kami akan ia didiami. Alhasil kami mumet diberi waktu sebulan untuk pindah. Rumah belum berhasil kami dapatkan meski hampir setiap akhir pekan kami berburu rumah baru ataupun rumah second.

Akhirnya kami puas dengan rumah kontrakan lagi, juga bakal dipusingkan lagi dengan proses pindahan. Ada tambahan almari, kulkas, kompor, dan kasur, juga buku-buku.Tak mungkin sewa bajai, apalagi rumah kontrakan kedua cukup jauh.

Akhirnya kami cicil dengan bolak-balik naik motor. Setelah empat kali bolak balik, kami mumet melihat tumpukan dus berisi buku yang berat. Akhirnya kami menyewa mobil untuk pindahan. Kakak pun membantu dengan mobilnya. Dan beres deh. 

Akhirnya rumah kami dapatkan. Berita menyenangkan. Tapi kami kembali menghela nafas melihat barang-barang kami. Tak banyak tambahan barang, kami tak punya sofa, dipan, karena sudah berpikir akan berpindah lagi. Tapi buku terus bertambah. Duabelas dus isinya buku semua dan sangat berat, membuat suami mengultimatum jangan beli buku lagi, meski ultimatumnya kemudian tak dipatuhi dirinya juga

Singkat kata, kami berpindah lagi. Kali ini waktunya sudah dipilih berdasarkan hari baik berdasarkan weton oleh Ibu. Saya juga sudah membawa beras sebagai syarat pindah rumah berdasar primbon.

Mungkin gara-gara sering pindah tempat tinggal, dimana terhitung sudah 11 kali saya pindah tempat tinggal di tiga kota dan suami 8 kali berpindah, kami berdua jadi memiliki sikap praktis. Setelah berpindah ke rumah kediaman selama setahun, tetap tidak ada sofa dan barang tambahan. Rumah terkesan melompong. Saat inipun jika membeli barang berukuran cukup besar, kami jadi mikir-mikir cukup lama. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun