[caption caption="Salah Satu Adegan dalam John Wick (sumber: youtube.com)"][/caption]
Ketika film John Wick beredar di bioskop penghujung tahun lalu, saya mengabaikannya. Saya agak kecewa dengan performa Keanu Reeves di film sebelumnya, 47 Ronin dan Man of Tai Chi. Namun, ketika melihat rating film ini yang cukup tinggi di Rotten Tomatoes, saya jadi penasaran seperti apa filmnya. Rupanya filmnya memang di atas ekspektasi saya. John Wick benar-benar tontonan menarik bagi penggemar film laga.
Cerita dibuka pada kondisi seorang pria yang nampak sekarat setelah mobilnya menabrak jembatan. Kemudian alur pun flashback untuk mengisahkan beberapa waktu sebelum peristiwa yang dialami pria malang tersebut yang ternyata bernama John Wick (Keanu Reeves).
Di pemakaman, John Wick merenungi kepergian istrinya. Tanpa istrinya ia merasa limbung dan kesepian. Namun, istrinya ternyata telah memikirkan hal tersebut. Sebelum meninggal, ia memesan seekor anak anjing untuk menemani suaminya. Pilihan istrinya tepat, suaminya mulai bersahabat dengan si anjing yang diberinya nama Daisy dan membawanya kemana pun.
Kondisi yang telah nyaman itu terusik ketika ada yang menerobos masuk rumahnya. Rupanya trio maling tersebut dipimpin oleh pemuda yang ngotot ingin memiliki mobil balap John Wick ketika bertemu di pom bensin. Ia dikeroyok dan jatuh pingsan, sementara anak anjing yang menolongnya pun kemudian dibuat tak berdaya oleh para maling mobil tersebut. Tersadar, John Wick merasa sedih dan geram.
[caption caption="John Wick dan Daisy (sumber: flickeringmyth.com)"]
Di satu sisi, pemimpin maling yang bernama Iosef Tarasov (Alfie Allen) ini merasa heran pemilik bengkel mobil terbesar di kotanya, Aurelio, berani menolak melayaninya. Ia langsung mengusir Iosef ketika mengenali mobil balap tersebut milik John Wick. Pemuda manja tersebut kemudian mengadu ke ayahnya, Viggo Tarasof (Michael Nyqvist), bos mafia Rusia yang menguasai kota tersebut. Aurelio beralasan mobil yang dicuri putranya adalah mobil John Wick sehingga ia enggan ikut campur. Bos mafia tersebut langsung pias. Kehadiran anaknya yang sedang sewot bukannya dihibur, malah dihujaninya dengan pukulan. Wah siapa ya John Wick hingga pimpinan penjahat kelas kakap pun ketakutan?
Saya suka bagaimana sutradara film, Chad Stahelski dan David Leitch, mengenalkan sosok John Wick kepada para penonton. Saya dan pasangan yang sengaja tidak membaca ulasan dan sinopsis film, hanya melihat ratingnya, juga ikut-ikutan penasaran. Siapa sih dia? Hingga ayah sekaligus bos mafia malah memarahi anaknya habis-habisan karena berurusan dengan John Wick. Begitu juga dengan polisi yang memilih berpura-pura tidak tahu ketika terjadi keributan di kediaman pria tersebut.
Tensi film ini juga dijaga dengan baik, dimana terus menanjak ketika John Wick telah menunjukkan jati dirinya sebenarnya. Atmosfer film dan musik pengiringnya yang suram cocok dengan suasana hati John Wick yang muram dan ingin membalaskan dendam atas kematian Daisy, si anak anjing yang menggemaskan.
Jajaran akting pemainnya juga patut diacungi jempol. Keanu Reeves memberikan performanya yang apik, sosok misterius yang disegani kawan dan lawan. Aktor tampan ini memang performa dan kualitas filmnya naik-turun, kadang bagus, kadang juga datar. Film John Wick ini melengkapi deretan filmnya yang apik seperti Speed, Trilogi Matrix, Constantine, dan The Lake House.
Para karakter lainnya yang juga muncul di film ini juga memberikan warna pada film. Seperti bos mafia yang berwibawa dan memandang lawannya dengan hormat; Marcus (Willem Dafoe), veteran pembunuh bayaran yang tidak jelas posisinya, lawan atau kawan; Iosef yang diperankan Alfie Allen yang kondang sebagai Theon Greyjoy di Game of Thrones. Peran Iosef ini memang mirip-mirip dengan Theon, yaitu pemuda congkak yang suka bertindak sembrono dan tak berpikir masak-masak. Pasangan tertawa ketika ia dimarahi ayahnya dan berkomentar, di GoT jadi karakter yang naas, eh di sini juga kelakuannya sama.