[caption id="attachment_418755" align="aligncenter" width="447" caption="Rempah-rempah (sumber: www.shutterstock.com)"][/caption]
Pernahkah Sobat menyesap kopi racik? Minuman yang memadukan kopi Jawa dan rempah-rempah ini mungkin kurang menarik selera di awal perkenalan. Namun, seperti peribahasa Jawa, witing trisna jalaran soko kulino, maka kopi racik ini secara perlahan bisa membuat jatuh hati dan akan membuat mereka yang meminumnya terus terkesan akan kenikmatannya.
Ayah yang mengenalkan saya pada kopi rempah ini. Saat pulang kerja ia membawa oleh-oleh berupa wadah dari kayu mahoni yang dibungkus jalinan rotan. Ibu dan saya tertarik dengan wadahnya yang unik. Saya menerka-nerka apa sih isinya. Dan rupanya ada label kertas di bagian depan wadah tersebut. Kopi racik. Wah kopi apa itu?
Kata Ayah, kopi itu bersejarah karena resep kopi racik sudah diciptakan ratusan tahun silam ketika Kerajaan Kediri yang beribu kota di Daha masih berkuasa. Saya memutar otak memperkirakan masa ditemukannya kopi racik. Kerajaan di Kediri sudah ada sebelum jaman Singosari hingga kemudian menjadi bawahan Kerajaan Majapahit. Sayangnya saya tidak tahu persis kapan Pangeran Darpo yang berkuasa di Daha mengadakan sayembara kopi dimana kemudian dimenangkan oleh Mbok Randa Kuning dengan resep kopi raciknya. Yang pasti kopi racik ini istimewa karena berhasil memenangkan sayembara tersebut dan menjadi salah satu resep kopi legendaris warga Kediri.
Saya mengikuti Ibu di dapur yang hendak menyeduh kopi oleh-oleh ayah. Bubuk kopi yang disimpan dalam wadah unik itu beraroma segar. Ada aroma hangat khas jahe berbaur dengan aroma kopi Jawa yang khas.
Ibu membuatkan dua cangkir besar kopi. Satu cangkir untuh ayah dan cangkir lainnya untuk kami cicipi bersama. Kakak yang mencicipi kali pertama langsung berkenyit dan berujar kopi ini berasa jamu. Ia kurang suka dengan jamu selain beras kencur. Rasanya jamu banget, imbuhnya.
Ibu pun kemudian mencicipinya dan terkekeh. Iya Pak, ini kopi rasa jamu, komentarnya. Saya jadi was-was, apa rasanya pahit? Karena jamu selain beras kencur, sinom, dan kunyit asem, biasanya agak pahit.
Saya meneguknya dan terkejut dengan sensasinya. Benar-benar kopi yang unik. Kopi ini benar-benar unik, tapi bukan rasa jamu, melainkan perpaduan berbagai rempah-rempah alias empon-empon dalam bahasa Jawa.
Saya tidak menghabiskan kopi raciknya karena masih terkejut dengan rasanya. Masa itu saya belum pernah mencicipi kopi berasa rempah-rempah.
Meski pada perkenalan pertama kurang sukses, Ibu tidak putus asa dan menyuguhkan kopi racik pada hari berikutnya. Kali ini lidah mulai beradaptasi dan hari demi hari saya mulai menyukainya.
Kopi racik ini kaya rasa. Dari lidah awam saya, saya mengenali rasa jahe yang hangat dan aromanya yang menenangkan. Ada kontribusi kencur yang sedikit getir dan segar. Masih banyak rempah-rempah lainnya yang berperan.