Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Makan Digetok Duh Kesalnya

19 Mei 2015   07:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:50 774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14319536162014521326

[caption id="attachment_418305" align="aligncenter" width="400" caption="Digetok Ketika Santap Sate Kambing di Pejagan"][/caption]

Rumah makan yang menyebalkan adalah mereka yang mematok tarif yang sangat mahal dimana kualitasnya tidak sebanding dengan harga yang ditetapkannya. Hal ini biasa terjadi di tempat yang banyak dilalui pengunjung dari luar daerah dan biasanya tidak memasang daftar harga. Kejadian tidak menyenangkan ini kami alami ketika bersantap petang di warung sate kambing di Pejagan, selepas tol Kanci-Pejagan. Alhasil, kami berdua cemberut dan sangat kesal merasa digetok.

Sate kambing muda memang merupakan salah satu masakan khas daerah Tegal dan sekitarnya. Daging kambingnya empuk dan dihidangkan bersama sambal kecap. Entah kenapa sate kambing di tempat lain rasanya kurang seenak di tempat ini. Atau mungkin karena kami benar-benar lapar sehingga bersantap sate kambing muda di tempat asalnya begitu nikmat.

Ada banyak warung yang menjajakan menu utama sate kambing muda. Kami pun singgah di salah satu rumah makan dan langsung memesan duapuluh tusuk sate kambing muda. Saya hendak protes ke suami karena merasa porsi sate tersebut kebanyakan untuk dua orang, namun ia mengaku sangat lapar dan yakin bakal habis.

Kami tiba di Pejagan sudah jelang petang. Belum ada pengunjung selain kami. Kami hanya memesan sate dan teh manis. Sambil menunggu pesanan tiba kami mencuci muka, beribadah, dan berolah raga ringan. Agak kaku juga badan setelah hampir enam jam berkendara.

Makan malam kami pun tiba, duapuluh tusuk sate kambing muda beserta nasi putih dan segelas teh manis. Daging kambingnya empuk namun agak kebanyakan bagian gajih alias lemak sehingga agak enek. Sambal kecapnya sih standar, yaitu kecap ditambah cabe dan irisan bawang merah dan tomat.

Seperti perkiraan saya, dua lusin kebanyakan untuk kami berdua. Masih tersisa lima tusuk sate dimana tidak bisa kami bungkus karena bakal tidak enak disantap saat dingin. Suami merasa tidak enak dan ia yang membayar tagihannya.

Saat menanyakan total harga makanan tersebut, saya terkejut. Sepuluh tusuk sate kambing dihargai Rp 45 ribu dan itu belum termasuk nasi. Jadi total kami membayar Rp 106 ribu untuk duapuluh tusuk sate kambing, dua porsi nasi, dan dua teh manis hangat. Saya membayar dengan muka tertekuk.

Tahun lalu kami juga dua kali membeli sate kambing muda saat menuju Semarang. Saat berangkat kami mendapat harga Rp 25 ribu/10 tusuk dan sudah termasuk nasi. Dan saat kembali ke Jakarta, kami dikenai Rp 35 ribu/10 tusuk juga sudah termasuk nasi.

Saya merasa digetok. Rp 50 ribu untuk sepuluh tusuk sate plus nasi rasanya kemahalan, apalagi tempat makannya kurang nyaman dan rasa satenya pun tidak bisa dibilang istimewa. Alhasil kami berdua memutuskan untuk tidak bersantap sate kambing lagi di daerah ini.  Atau lebih berhati-hati dan memilih tempat makan yang memajang daftar harga.

Eh keesokan harinya kami bersantap pecel pincuk di Nganjuk. Dengan lauk yang cukup beragam kami berdua dikenai Rp 27 ribu. Itu sudah termasuk nasi dan minuman berupa cemoe dan jeruk hangat. Wah tahu gitu kami makan pecel aja jika dalam perjalanan. Murah meriah dan enak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun