Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Solo Traveling Itu Sesuatu Banget

1 November 2014   03:32 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:59 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melakukan perjalanan wisata seorang diri itu sangat mendebarkan namun juga menggugah adrenalin. Ada rasa was-was namun juga rasa ingin tahu. Semuanya bercampur aduk. Jika pada awal perjalanan membuat gelisah, di akhir perjalanan membawa segudang kesan dan cerita.

Pengalaman saya melakukan perjalanan seorang diri masih belum melebihi jumlah seluruh jari tangan. Saya lebih banyak berwisata bersama teman-teman. Oleh karena itu ketika ada seminar yang membuat saya berangkat seorang diri ke Lombok dan Bali, saya memutuskan untuk melakukan perjalanan yang unik.

Kedua tempat itu sudah pernah saya kunjungi sebelumnya. Nah, mumpung saya berangkat seorang diri saya bisa memutuskan metode perjalanan saya sesuka hati. Toh tidak ada yang bakal protes. Akhirnya saya memilih untuk melakukan perjalanan darat dan laut ke Bali dan menambahkan destinasi Sumbawa ke tujuan seminar di Lombok.

Cukup ribet juga menyusun rute perjalanan agar cukup dengan bujet dan tidak mengganggu jadwal seminar. Saya gali informasi sebanyak mungkin di Lonely Planet dan di web, termasuk mencatat nomor kontak teman-teman kuliah dan berkenalan dengan para anggota couchsurfing di daerah tersebut. Setelah informasi komplit, siap deh berangkat.

Setelah tiba di bandara Lombok, mulailah petualangan sebenarnya. Saya berganti kendaraan dari taksi bandara hasil sharing dengan seorang ibu paruh baya yang satu pesawat dari Jakarta, dengan elf yang disebut elken. Dengan menumpang Elken itulah saya mengarungi Lombok bagian timur dan tertawa geli ketika mengingat para penumpang elken. Penumpangnya bukan hanya manusia, banyak di antaranya yang membawa ayam hidup dan hasil bumi yang berlimpah. Meriah oleh musik yang beradu kencang dengan obrolan para penumpang, serta diselingi bunyi kotek-kotek dan kukuruyuk para ayam.

Naik kapal ferry menuju Lombok juga merupakan pengalaman baru dan saya tersenyum simpul melihat para pengamen yang tampil bak konser dangdut di geladak penumpang. Di Sumbawa inilah saya merasa takjub dan terus mengagumi bentang alam yang sangat luar biasa. Pengalaman ke Sumbawa dan naik ferry Sumbawa-Lombok PP ini sudah pernah saya singgung di Kompasiana di artikel berjudul Mengobati Rasa Penasaran akan Sumbawa(http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/09/10/mengobati-rasa-penasaran-akan-sumbawa-588462.html) dan Warna-Warni Perjalanan Naik Ferry (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/03/21/warna-warni-perjalanan-naik-ferry-539003.html)

[caption id="attachment_371042" align="aligncenter" width="350" caption="Selat antara Lombok dan Sumbawa"][/caption]

Dari Sumbawa-Lombok ini saya membawa banyak oleh-oleh, dari kesan-kesan naik ferry dari yang lucu hingga membuat dahi berkerut, pengalaman bermalam di rumah nelayan Sumbawa, sedihnya melihat kehidupan nelayan yang masih terpinggirkan, hingga keindahan bentang alam pulau Sumbawa yang menakjubkan.

Beberapa bulan kemudian saya kembali berpetualang, kali ini tujuannya adalah seminar ke Bali. Karena terbatasnya bujet maka saya pun mencoba mengutik-atik rute dan metode perjalanan. Niat saya terbantu oleh KAI yang tengah mengadakan promo besar-besaran. Jakarta-Banyuwangi hanya Rp 105 ribu dengan kereta api bisnis dan eksekutif hemmmm siapa sih yang tidak tergiur. Dari Banyuwangi cukup menyeberang dengan ferry dan dilanjutkan bus, biayanya masih kurang dari Rp 50 ribu. Jadi dengan bujet di bawah Rp 200 ribu saya sudah bisa mengarungi daratan Jawa menuju Bali.

[caption id="attachment_371045" align="aligncenter" width="300" caption="Kapal Ferry Banyuwangi-Bali"]

14147620241460731886
14147620241460731886
[/caption]

Karena belum lama melakukan perjalanan ke Lombok-Sumbawa seorang diri, saya pun lebih percaya diri. Dari Jakarta-Surabaya saya naik KA Gumarang. Asyik karena hari kerja satu gerbong tidak penuh dan tidak ada rekan sebangku. Saya bisa tidur nyenyak di kereta. Dan perjalanan selama 14 jam itu sangat menghibur karena ada keluarga asal Batak yang rajin bergurau. Dari Surabaya-Banyuwangi saya menumpang KA  di kelas eksekutif. Di sini saya mendapat rekan perjalanan seorang ibu dua anak yang ramah. Setelah menginap semalam di rumah teman kuliah, perjalanan ke Bali dilanjutkan dengan ferry dan bus. Perjalanan dengan ferry dari geladak tingkat dua sangat seru. Ada banyak yang bisa dilihat, mulai dari pulau-pulau kecil hingga kapal-kapal tanker yang gagah. Dari perjalanan ke Bali ini saya mendapat bonus wisata ke Ijen.

Keseruan tentang bepergian dari Jakarta-Bali via darat dan laut ini pernah saya bagikan di Kompasiana di artikel berjudul Pengalaman Menuju Bali dengan Ferry (http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2013/11/19/pengalaman-menuju-bali-dengan-ferry-609253.html)

Ya, sebelum balik ke Jakarta saya singgah dulu ke Ijen. Itulah yang membuat saya bergegas meninggalkan Bali. Saya sangat ingin merasakan dan melihat dengan mata kepala sendiri indahnya Kawah Ijen yang terkenal.

Dari pukul 5 kurang saya berangkat dari penginapan dan tiba di puncak sekitar pukul 9 pagi, rasanya benar-benar luar biasa. Kawah Ijen sangat indah dengan warna hijau turqoise dan semerbak belerang.

[caption id="attachment_371049" align="aligncenter" width="350" caption="Kawah Ijen"]

14147622211827718929
14147622211827718929
[/caption]

Ada banyak kisah yang terekam di Ijen mulai dari cerita penambang belerang yang kemudian mencari penghasilan tambahan dengan menjadi guide di Ijen. Cerita turis dari Jerman yang ngotot ke puncak walaupun mengalami patah tulang dan kemudian digendong oleh penambang juga sepatu kets saya yang jebol karena menahan laju pasir selama dalam perjalanan turun dari gunung.

Dari dua perjalanan solo itu saya bisa merasakan keasyikan tersendiri ketika berwisata dan melakukan perjalanan seorang diri. Saya jadi lebih percaya pada kemampuan diri sendiri, dari kemampuan beradaptasi dengan lingkungan baru dan kemampuan menciptakan temen-teman baru. Selama perjalanan saya bertemu dengan banyak orang dan ada banyak cerita yang kami diskusikan.

Memang selama perjalanan ada rasa was-was, takut jika tersesat, kuatir jika uang dicopet atau curiga dengan penumpang di sebelah. Perasaan itu wajar dan saya terus mengalaminya hingga tiba selamat di rumah. Rasa was-was akan pengalaman baru itu akan memicu adrenalin dan memacu keberanian yang mungkin tidak kita sadari sebelumnya. Nikmati saja perjalanan dan rasa was-was itu dan di akhir perjalanan akan memberikan pengalaman yang kaya.

Perjalanan solo di Jawa, Bali, Lombok, hingga Sumbawa menurut saya relatif aman, termasuk bagi kalangan wanita. Jadi tanpa teman atau saudara, Anda masih bisa berwisata keliling nusantara.

Seluruh foto dokumentasi pribadi.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun