Suratin adalah seorang guru Taman Kanak Kanak yang mengajar sejak ia duduk dibangku sma hingga saat ini. Ia lahir di Surabaya tepatnya pada tanggal 30 Maret 1968 dari pasangan maria dan subakri. Ia anak pertama dari dua bersaudara. Saudaranya perempuan dengan mana sulastri.
Ia tinggal dengan nenek dan kakenya di Kemayoran Surabaya. Orang tuanya bercerai saat ia masih sangat belia. Kasih sayang orang tua tidak ia dapatkan sejak dini hingga sekarang.
Nenek dan kakenya juga tidak memberikannya uang saku. Sehingga untuk itu, ia bekerja membantu orang cina membuat minuman anak anak, seperti es lilin. Ia juga berjualan coklat yang ia ambil dari sisa produksi coklat yang gagal dipabrik. Di rumah, ia berjualan martabak mie rumahan. Itu semua ia lakukan agar bisa memberikan uang jajan untuk adiknya yang masih kecil.
Pendidikan dasarnya ditempuh di SD Kebon Rojo Surabaya, sekolah SD yang sekarang telah berganti nama menjadi SDN Kemayoran Surabaya. Kemudian ia lanjutkan ke jenjang smp di SMPN 14 Surabaya dengan melalui tes sebelum diterima di sekolah tersebut. Saat menginjak bangku menengah tengah atau SMP, ia mulai pergi dari kebayoran dan pindah ke kandangan untuk pergi kerumah ibu ayahnya atau ia menyebutnya "mbok sumi".
Disini mereka hanya hidup berdua. Mbok sumi bekerja berjualan es didepan rumah untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Dengan rumah yang seadanya, ia dan neneknya tinggal hingg sekarang.
Lulus SMP, ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang Sekolah Pendidikan Keperawatan (SPK) di Surabaya. Namun tidak punya uang untuk membayar baju dan buku senilai 50.000 rupiah, ia buang mimpinya jauh jauh untuk menjadi perawat. Ia memilih untuk menjadi guru di suatu taman kanak kanak di desa kandangan tanpa diberi gaji atau upah. Semua itu ia jalani hingga 5 tahun. Pada tahun ke 6, ia mulai diberi gaji. Ia lalu mulai menabung dan mulai hidup lebih baik dari pada sebelumnya.
Saat umurnya masih 16 tahun, ibunya menikahkannya dengan orang kaya dari desa sebelah. Namun pernikahan itu tidak berjalan lama dan mereka bercerai. Setelah bercera dengan sang mantan suami, ia melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi Tritunggal Surabaya dengan biaya dari mengajar di taman kanak kanak. Pagi hari ia mengajar dan sor hingga malam ia akan kuliah.
Suratin menjanda selama 6 tahun hingga bertemu sang pujaan hati dan mereka menikah hingga mempunyai 2 anak laki laki dan 1 anak perempuan. Kuliahnya tidak tuntas dan harus putus ditengah jalan karena biaya yang seharusnya untuk biaya kuliah harus direlakan untuk biaya kebutuhan hidup keluarga. Ia tidak pantang menyerah dan terus menjadi guru. Suaminya bekerja sebagai tukang las di salah satu bengkel di desa kandangan. Dengan hidup hemat dan menabung, Suratin bisa kembali kuliah serta membiayai kebutuhan hidup keluarga.
Ia lulus pada tahun 2012 dengan gelar Sarjana Pendidikan S1 saat anak anaknya telah menginjak umur remaja. Saat lulus, ia dan suami mendapatkan musibah. Tiba tiba usaha yang dibangun suaminya dirusak olah orang tidak dikenal. Alhasil alat-alat yang sudah ada kini menjadi rusak dan tidak biaa digunakan lagi. Bisnis tersebut akhirnya berhenti sejenak.
Suaminya bekerja ikut dengan salah satu juragan mikrolet dan menjadi tukang las mobil disana. Itu semua dijalani dengan ikhlas sambil menabung untuk membeli alat-alat yang digunakan untuk membuka usahanya lagi.
Suratin adalah sosok yang pandai menabung dan hemat, ia bisa mengelolah uang untuk menabung biaya removasi rumah, biaya serta uang saku sekolah anak, dan juga kebutuhan sehari-hari. Itu karena ia sadar bahwa penghasilannya dan sang suami tidaklah banyak, sehingga ia tidak berfoya-foya dalam menggunakan uang.