Mari sini, duduk dekat denganku. Akan aku ceritakan tentang seorang wanita.Â
Coba dengarkan. Kisah ini bermula, saat wanita itu dipinang kekasih hatinya. Seorang laki-laki gagah yang penuh kasih.Â
***
"Aku akan mencintaimu selamanya. Walau keriput telah menghiasi wajahmu sekalipun, aku akan tetap mencintaimu," janji lelaki itu.
Sayangnya, waktu yang dimiliki lelaki itu tidaklah panjang. Bahkan, sebelum guratan halus muncul di sudut mata sang wanita, dia pergi. Meninggalkan anak yang masih kecil, menjadi yatim.
Wanita itu mencoba tegar. Dia sadar, jika terpuruk, maka habislah sudah. Anak yang dipercayakan Tuhan padanya, akan tersia-sia.
Maka, sejak lepas empat puluh hari kematian suaminya, wanita itu mencoba bangkit. Bangun sebelum subuh, mengadon aneka jajanan. Membangunkan sang anak dengan kecup dan usapan lembut, agar bisa segera berangkat menjajakan dagangannya. Ananda digendong dengan tangan kiri, sementara tangan kanan membawa keranjang kue yang akan dijajakan.
Jika Si Anak rewel, nyanyian lembut didendangkan. Membuat bocah laki-lakinya kembali terlelap dalam gendongan. Jangan tanya tentang rasa penat yang mengimpit pundaknya.Â
Wanita itu tetap berjualan kue hingga bertahun-tahun kemudian. Setiap pagi berangkat keliling kampung. Membawa dadar gulung, getas, cucur, dan nagasari. Kue-kue tempatnya mengantungkan harapan.Â
Anak lelakinya tetap menemani. Mulai sejak dalam gendongan, hingga bisa berjalan di sisinya sambil bergandengan tangan.Â
Penat, lelah, sedih, rindu. Semua rasa yang menemani hari-hari wanita itu, dipendamnya sendiri. Hanya satu tekatnya, membahagiakan ananda.