Aku mengangkat gelas, mengajakmu bersulang. Bukan ... bukan minuman yang memabukkan. Hanya seteguk duka dengan perasan rintih lirih menajamkan rasa.
Aku menyesapnya dengan senyum getir. Kala kau mengawasi dengan tatapan tajam. Usah kau risau, akan kutelan semuanya. Walau membakar kerongkongan, hingga melepuh seluruh tubuhku.
Kuajak kau bercanda dalam satire. Saat kautempatkan bara di setiap jalanku menuju dekapnya. Aku berkelit, mencari titian yang tersisa. Namun kau menjerumuskanku dalam jurang duka.
Mari bersulang untuk dinding hitam dihadapanku. Yang kucakar-cakar setiap gelap menjelang. Mengharap secercah cahaya, dari sorot mata teduhnya.
Tenggarong, 2 Oktober 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H